AIR TERJUN BEMBE, KANVAS ALAM DI HUTAN NAMBO

1610
Air terjun Bembe di Desa Nambo, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Terdapat dua air terjun sekaligua di tempat ini. FOTO:YUHANDRI HARDIMAN/TRIBUNBUTON.COM

Romantisme Alam, Mengalir di Tebing Batu Hitam, Menjulang Bersusun Dua

Pemandangan air terjun Bembe. FOTO:YUHANDRI HARDIMAN/TRIBUNBUTON.COM

AIR terjun Bembe merupakan salah satu air terjun terindah di Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Ada dua air terjun sekaligus bersusun dua di tempat ini.

YUHANDRI HARDIMAN, BUTON

AIR terjun pertama didominasi dinding tebing berwarna hitam mengkilat dengan ketinggian kira-kira 30 meter. Di tingkat ke dua air terjun lebih garang dengan ketinggian sekitar 60 atau 70 meter.

Namanya air terjun Bembe yang dalam bahasa Buton berarti kambing. Entah apa kaitannya dengan kambing, tetapi dulu pernah berkeliaran kambing di kawasan ini.

Sebelum Desa Nambo dan Lagunturu dimekarkan, air terjun ini masuk wilayah Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu. Jarak tempuh jika masuk dari Desa Lawele sekira 2 jam.

Kini ditemukan akses baru setelah pembukaan tambang aspal di Desa Lagunturu dengan waktu tempuh berjalan kaki kira-kira 1 jam. Kita bisa melihat tumpukan aspal di kawasan tambang, sebuah pemandangan yang juga menarik.

Tentu jalur Lagunturu lebih dekat, mobil diparkir di sebuah pos karena jalan masih kurang baik. Lalu berjalan kaki sampai di pos ke dua. Kelihatannya motor jenis trail bisa masuk sampai pos 2.

Selanjutnya jalan menurun melewati tiga sungai dan sampailah di air terjun pertama. Dari kejauhan sudah terlihat kontras air dengan buih putih mengalir di dinding batu hitam mengkilat.

Pantulan cahaya menerpa, menjadikan warna keduanya sebuah perpaduan yang indah, putih dan hitam. Air mengalir dari ketinggian 30 meter itu cukup deras.

Pepohonan lebat di sekitarnya, dengan hijaunya pohon menjadikan perpaduan harmoni alam. Terdapat kolam alami di kaki air terjun untuk mandi. Airnya sejuk lalu mengalir ke sungai.

Masih ada air terjun kedua, cukup memutari air terjun bembe pertama dan naik ke puncaknya. Di puncak air terjun pertama rupanya hanyalah aliran sungai biasa tetapi agak pendek kira-kira sepanjang 30 meter lalu jatuh di tebing yang tinggi air terjun pertama.

Lalu menikung ke kiri, di situlah air terjun bembe ke dua, suara airnya lebih dahsyat dan sedikit garang. Dedaunan di sekitarnya bergerak-gerak akibat hempasan angin yang dihasilkan aliran air terjun.

Benar-benar dahsyat, garang tetapi romantis. Seperti menyapa kita dengan daya tariknya yang luar biasa.

Air terjun Bembe ke-dua, pandangannya cukup indah. FOTO:YUHANDRI HARDIMAN/TRIBUNBUTON.COM

Tempat ini agak luas tinggi dan lebar dari air terjun bembe pertama. Terpaan sinar matahari menyentuh air terjun dengan ketinggian dua kali lipat dari air terjun pertama.

Lebih dekat pada jarak 15 meter, terasa hempasan udara sejuk dari dinding air terjun. Betapa tidak, air yang jatuh dari puncak setinggi itu menghasilkan udara basah dan menerpa tubuh.

Kami ada beberapa orang datang ke tempat ini, Andi Lopes Eba, Risno Mawandili, Flash, dan saya Yuhandri. Ditemani anak-anak Nambo, Ari bersama teman-temannya.

Sebagian mandi di kolam besar di kaki air terjun itu. Dan sebagian menyeduh kopi di jarak 30 meter di tepi aliran air terjun kedua.

Benar-benar seperti sebuah lukisan, kanvas alam di hutan Nambo. Menikmati seduhan kopi di sore itu di tengah dahsyatnya air terjun romantis ciptaan Tuhan yang satu ini.

Ingin rasanya berlama-lama tetapi waktu sudah sore. Perjalanan ke Nambo dari Kota Baubau menggunakan mobil atau motor kira-kira 2 jam.

Karena jalur baru, kita bisa buat janji dengan anak-anak Nambo untuk menunjukkan jalan ke air terjun bembe. Sebuah keberuntungan menyempatkan diri ke air terjun bembe, kita bisa menikmati dua air terjun sekaligus.

(***)