BMKG Stasiun Betoambari Baubau Prediksi Peristiwa Angin Kencang Februari 2025 Berpotensi Terulang

319

BAUBAU, TRIBUNBUTON.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Betoambari Baubau, mengingatkan awal bulan Maret 2025 cuaca ekstrem yang mulai nampak terlihat melalui radar satelit.

Kepala BMKG Stasiun Betoambari Baubau, Hadi Setiawan STr.Met, mengatakan angin kencang yang terjadi 8 Februari 2025 lalu dan menimbulkan beberapa peristiwa akibat tumbangnya belasan pohon di Kota Baubau, berpotensi akan terulang.

“Secara persentase 60-70 persen angin seperti kemarin terjadi kembali, sebetulnya 50 persen cuman saya naikan ke 70 persen untuk jaga-jaga agar masyarakat bisa waspada. Angin yang lalu itu memang sampai 34Knot (70 km/jam). Sedangkan sesuai prakiraan, ini hanya belasan knot, dan hari ini sudah kelihatan,” kata Hadi Setiawan, saat ditemui Kamis 6 Maret 2025.

Kondisi ini lanjutnya, terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia. Dan pihak BMKG pusat sudah mengeluarkan warning atas cuaca yang tidak stabil. Terutama di Pula Jawa, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi, termasuk Sulawesi Tenggara khususnya Kota Baubau.

“BMKG Pusat sudah warning, cuaca ekstrim ini berlangsung untuk beberapa hari kedepan,” ungkapnya.

Dijelaskan, penyebab terjadinya cuaca tersebut akibat beberapa dinamika atmosfer. Dimana terdapat gelombang ekuator yang menyebabkan tekanan rendah. Juga adanya aktifitas gelombang kelvin yang mengakibatkan curah hujan disertai pola angin barat dan timur yang dapat bergerak mengelilingi daerah tropis selama sebulan.

“Itu mempengaruhi pertumbuhan awan hujan, daerah-daerah yang dilewati awan hujannya akan lebih aktif dan lebih ekstrim. Jika terjadi hujan, maka curah hujannya akan lebih banyak dan lebih panjang. Diikuti dampak lain berupa angin kencang dan petir. Hampir seluruh wilayah Indonesia akan seperti itu,” jelasnya.

Berdasarkan prakiraan awal, Kepala BMKG Stasiun Betoambari Baubau mengatakan cuaca tersebut akan berlangsung hingga April bahkan Mei mendatang. Ini adalah siklus yang kerap terjadi tiap tahun di Kepulauan Buton, yang hanya memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau.

“Di Baubau itu kan kemarin prediksinya musim hujan dari November 2024 sampai Mei 2025. Jadi biasanya di April sudah mulai menurun. Trendnya di Baubau masa-masa transisinya (musim hujan ke kemarau, red) itu di Mei-Juni,” katanya.

Ditambahkan, melalui gambar yang diperlihatkan oleh peta prakiraan. Saat ini arah angin dari sisi Barat dan Timur berpusat menuju Pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Tenggara. Sehingga menyebabkan konvergensi pertemuan dua arah angin dan berakibat pertumbuhan awan hujan lebih signifikan.

“Baubau apa lagi, ini bisa terjadi hingga tiga sampai empat hari kedepan,” tutupnya.

Laporan: La Ode Adrian Dwi Putra