PROYEK CHEN CHEN DI BUTUR DIPROTES WARGA SETEMPAT

603

BUTUR, TRIBUNBUTON.COM – Kegiatan bongkar muat yang dilakukan PT Asphalt Mixing Plant (AMP) Butur Steel di Pelabuhan Lasora Kabupaten Buton Utara (Butur) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dikecam warga setempat.

Pasalnya, kegiatan bongkar muat dari kapal Tongkang yang memuat material Aspal tersebut. Pihak perusahaan memonopoli dengan menggunakan kenderaan pengangkut sendiri. Tanpa melibatkan warga setempat khususnya komunitas Persatuan Supir Truck Buton Utara (PSTBU).

Dengan munculnya riak-riak berupa kecaman atau protes warga setempat. Kegiatan bongkar muat material Aspal di pelabuhan Lasora Butur, kini terhenti untuk sementara waktu.

Salah seorang anggota PSTBU yang enggan menyebut namanya menegaskan agar pihak perusahaan tidak terkesan memandang sebelah mata serta ingin berlaku adil pada masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai supir mobil dumping. Maka komunitas PSTBU perlu dilibatkan.

“Masa kita hanya mau jadi penonton di daerahnya kita sendiri. Ada sekitar 80 unit mobil di Komunitas PSTBU. Masa tidak mau pake kita,” tegasnya.

Bongkar muat kapal tunda tarik atau kapal tongkang Serafine 03 dengan kode GT.1354 No 222/KKI/2010 Ba No 1829/L itu. Bermuatan sekitar 2.000 ton material aspal.

Pengawas kegiatan lapangan PT AMP Butur Steel, Ferdi, mengatakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi jalan tersebut milik salah seorang kontraktor yang berdomisili di Kota Baubau.

“Yang punya ini Chen Chen, kapal ini baru tiba tadi pagi muat material seperti Abu Batu, Batu ukuran medium dan 1/2, mobil kantor yang dipakai untuk muat material ada sekitar 30 unit,” kata Ferdi, saat ditemui awak media di Pelabuhan Lasora, Kamis 1 Juni 2023.

Dengan adanya protes warga itu. Ferdi, mengakui jika saat ini aktivitas bongkar muat material berhenti. Pasalnya, PSTBU memprotes pihak perusahaan yang hanya menggunakan mobil perusahaan dan tidak memakai jasa mobil masyarakat setempat.

Material aspal tersebut lanjut Ferdi, untuk kebutuhan proyek pengaspalan jalan yang diangkut menggunakan mobil dumping menuju lokasi proyek di Desa Lambale, Ronta, Lakansai, Waode Buri dan Desa Petetea’a.

“Kalau tahun lalu biaya angkutnya sekitar Rp 250.000/Truck untuk sekali muat menuju lokasi proyek. Material ini baru satu tongkang, rencananya ada empat tongkang yang mau bawa material di Butur,” pungkas Ferdi. (Tribunbuton.com/Asm)