WAKATOBI, TRIBUN BUTON (Duriani)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Towedy Marthinus Layico, menghimbau masyarakat untuk tidak salah persepsi dalam memaknai pertumbuhan ekonomi di Wakatobi yang selalu berubah setiap tahun.
“Pertumbuhan ekonomi di Wakatobi dari tahun ke tahun baik. Misalnya tahun 2014 yakni 7.85 persen. Tahun 2015 sebesar 7.68 persen, lalu Tahun 2016 sebesar 7.97 persen dan Tahun 2017 sebesar 5.96 persen. Tahun 2018 secara resmi belum dirilis karena masih rekonsiliasi ditingkat provinsi, namun ada gambaran sekitar 6.5 persen,” ungkap Kepala BPS Wakatobi, disela-sela kegiatannya sebagai pemateri dalam Rapat koordinasi tim penanggulangan kemiskinan di Wakatobi, Selasa (23/7/2019).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di Wakatobi dari tahun ke tahun baik meskipun terkadang lambat jika dibanding tahun sebelumnya. Namun tidak seperti dipersepsikan sebagian orang jika pertumbuhan ekonomi di Wakatobi dua tahun terakhir anjlok.
“Ada salah persepsi bahwa pertumbuhan ekonomi turun. Ekonomi di Wakatobi dari tahun ke tahun tumbuh, namun terkadang jalannya lambat. Ini tentu ada variabel yang mempengaruhinya,” ucapnya.
Terkait pemakaian kata anjlok dalam pertumbuhan ekonomi di Wakatobi dua tahun terakhir yang tidak merata seperti yang beredar di masyarakat. Kepala BPS menegaskan bahwa tidak tepat. Karena pertumbuhan ekonomi itu nampak adanya. Terkecuali pertumbuhan ekonomi negatif.
“Saya tegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Wakatobi itu ada, tumbuh. Meski terkadang lambat. Kata anjlok itu sangat ekstrim atau negatif seperti tahun 1998 dimana pertumbuhan ekonomi secara nasional minus 13 persen lebih. Jadi saya tidak sependapat jika dikatakan anjlok,” tegas Kepala BPS Wakatobi.
Kata Kepala BPS Wakatobi, pertumbuhan ekonomi di Wakatobi dari tahun ke tahun melampaui pertumbuhan ekonomi secara nasional. “Pertumbuhan ekonomi nasional yakni 5.24 persen. Kalau provinsi Sultra sebesar 6 persen. Pertumbuhan ekonomi dihitung dari dari perubahan PDRB,” katanya.
Ditanyai terkait presentase kemiskinan, Kepala BPS Wakatobi menambahkan kemiskinan umumnya diukur berapa presentase penduduk miskin dengan metode pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar.
“Di Wakatobi dalam kurun empat tahun terakhir, angka kemiskinan itu menurun. Misalkan saja tahun 2015 lalu sebesar 16.88 persen. Tahun 2018 ini menurun dan tersisa 14.85 persen,” beber Kepala BPS Wakatobi.
“Kemiskinan itu multi dimensi. Ada beberapa cara untuk melihat kemiskinan, bisa dari ciri-ciri berpakaian, bisa juga dilihat dari kepemilikan rumah tempat tinggalnya. Kemiskinan ada dua faktor yang mempengaruhinya yakni kinerja distribusi dan kinerja produksi,” tutup Kepala BPS Wakatobi. (*)