“Tak baik dampak dan citranya di publik negara ini. Mereka yang konflik itu masih dalam satu keluarga,” jelasnya dalam siaran pers yang diterima TRIBUN BUTON (tribunbuton.com), Senin 10 Juni 2019.
Langkah yang harus dilakukan menurut La Ode Ida, adalah pemulihan dengan pendekatan budaya, sosial dan fisik secara sistematis. Ia menilai sudah benar langkah Gubernur Sultra, Ali Mazi, dengan menurunkan aparat keamanan.
Ini harus dilanjutkan dgn membangun posko khusus aparat keamanan di antara kampung di kawasan itu. Perlu bantuan riil untuk kehidupan mereka yang rumahnya terbakar yang sekarang ini ada di pengungsian.
“Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST) tengah berupaya menggalang dukung bantuan sosial kemanusiaan untuk korban konflik horizontal di Buton,” jelasnya.
Langkah berikutnya yakni membangun kembali pemukiman atau rumah-rumah yang terbakar. Diskresi (keputusan/tindakan, red) gubernur yang meminta kontrobusi setiap kepala daerah di Sultra untuk bangun fisik rumah-rumah yang rusak atau terbakar akibat konflik, dinilainya sebagai langkah tepat dan perlu disegrakan.
Yang tidak kalah penting adalah pendekatan sosial budaya untuk damai harmoni berkelanjutan. “Ini memang tak mudah, tapi juga tak sulit krn mereka2 itu dalam basis keluarga atau identitas budaya yg sama.
Bangkitkan kembali semangat saling menyayangi sebagaimana falsafah Kebutonan. Pemda perlu menjadikan pendekatan ini sebagai program budaya yang berkelanjutan,” urainya.
Misalnya dalam membangun kembali rumah yang terbakar itu dengan secara langsung melibatkan warga dari kedua kelompok yang berseteru. Tentu yang pegang kendali adalah aparat TNI atau bersama Polri dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dan masih banyak lagi cara atau pendekatan yang bisa dilakukan.
“Saya yakin masyarakat Buton tetap pegang teguh atau hidup dengan pijakan nilai-nilai budaya harmoni dan saling menyayangi. Insha allah,” tutupnya.(*)