INILAH PRESENTASE KASUS STUNTING TIGA TAHUN TERAKHIR DI WAKATOBI

1648

WAKATOBI, TRIBUNBUTON.COM – Kasus Stunting menjadi perhatian khusus pemerintah mulai dari pusat hingga daerah. Dengan berbagai upaya, pemerintah berharap angka stunting di Indonesia dari tahun ke tahun bisa menurun.

Ketua Tim Kerja Bidang Ketahanan Keluarga dan Pencegahan Stunting (KKPS) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), H Mustakim, mengatakan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022. Prevalensi stunting diangka 21,6 persen.

“Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni 24,4 persen. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi. Mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen dan standar WHO dibawah 20 persen,” kata H Mustakim, usai melaksanakan orientasi BKB KIT di Wakatobi, Selasa 23 Juli 2024.

H Mustakim, mengungkapkan berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI). Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, angka stunting di Kabupaten Wakatobi mengalami penurunan. Dan memasuki tahun 2024, meskipun baru memasuki pertengahan tahun, namun angka stunting di Kabupaten Wakatobi mengalami penurunan drastis dibanding dua tahun sebelumnya.

“Angka stunting di Kabupaten Wakatobi tahun 2022 sebesar 29,9 persen. Lalu di tahun 2023 naik menjadi 31,9 persen. Hasil survei bulan Juni 2024 kemarin, angka stunting di Wakatobi 10,7 persen,” kata H Mustakim.

H Mustakim, menjelaskan jika kasus stunting merupakan masalah kesehatan yang sudah ada sejak lama. Kondisi itu disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi berat, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Namun yang paling banyak yakni kekurangan gizi.

Berdasarkan pernyataan organisasi kesehatan dunia bahwa sekitar 20 persen kasus stunting terjadi sejak anak berada dalam kandungan. Hal itu terjadi akibat makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil kurang bergizi. Sehingga janin tidak mendapat cukup Nutrisi.

“Kebutuhan Nutrisi anak tidak tercukupi. Kondisi ini bisa terjadi setelah kelahiran juga. Tepatnya disaat anak dibawah usia dua tahun namun kebutuhan asupan gizinya tidak terpenuhi. Asupan yang dibutuhkan tersebut meliputi ASI dan MPASI (makanan pendamping ASI),” pungkas H Mustakim. (Tribunbuton.com/adm)