WAKATOBI MILIKI PUSAT PENANGKARAN BURUNG ENDEMIK

1974

WAKATOBI, TRIBUNBUTON.COM – Di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), saat ini telah beroperasi pusat penangkaran burung endemik pulau Wangi-Wangi. Yakni khas endemik Wangi-Wangi yang biasa disebut burung kacamata (Sui Bulanta) atau disebut juga Pleci Wangi-Wangi.

Hadirnya pusat penangkaran burung endemik yang terletak di pantai Patuno Resort pulau Wangi-Wangi tersebut. Merupakan kerjasama Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Taman Safari Indonesia Prigen Surabaya dan Wakatobi Patuno Resort by Sahid.

Sebanyak 20 ekor burung kacamata atau pleci Wangi-Wangi menjadi penghuni perdana pusat penangkaran burung endemik tersebut. Dan dalam waktu dekat, sebagian dari burung itu akan dilepas ke habitat aslinya. Dan sebagian lagi akan tetap dalam penangkaran untuk menjalani proses perkembangbiakan.

John Mena, perwakilan Taman Safari Indonesia Prigen Surabaya kepada wartawan Tribunbuton.com mengatakan 20 ekor pleci Wangi-Wangi yang saat ini berada dalam pusat penangkaran. Didatangkan dari Taman Safari Indonesia Prigen Surabaya.

John Mena, yang beberapa tahun lalu pernah melakukan penelitian di pulau Wangi-Wangi. Menemukan banyak burung kacamata Wangi-Wangi di Taman Safari Indonesia Prigen Surabaya. Sehingga harus dikembalikan ke habitat asalnya yakni di pulau Wangi-Wangi.

“Jadi pleci Wangi-Wangi ini sudah lama di Taman Safari Indonesia Prigen dan sudah banyak berkembang biak di sana. Jadi hasil berkembang biaknya itu dikembalikan di Wakatobi untuk dilepas ke alamnya guna menjalani proses berkembangbiak. Mayoritas pleci Wangi-Wangi ini adalah milik warga Surabaya dan disumbangkan ke Taman Safari Prigen,” kata John Mena, beberapa waktu lalu.

Di Taman Safari Prigen kata John Mena, proses berkembang biaknya bagus karena memiliki fasilitas dan tenaga perawat lengkap. Diharapkan proses berkembang biak di Wakatobi baik itu selama di penangkaran maupun di alam aslinya bisa lancar.

“Burung kacamata Wangi-Wangi ini sudah 6 tahun di Taman Safari Prigen, dan sangat sensitif serta sistim sosialnya sangat kompleks. Tapi di Taman Safari Prigen bisa berhasil karena memiliki tim yang bagus. Semoga di Wakatobi juga demikian,” ungkap John Mena.

Di tempat yang sama mantan Bupati Wakatobi dua periode dan Anggota DPR RI Hugua saat meninjau penangkaran tersebut menjelaskan populasi burung kacamata mata Wangi-Wangi perlu dilestarikan. Jika tidak, maka sejarah burung kacamata bisa hilang dan diakui pihak lain. Sementara jenis burung kaca mata Wangi-Wangi tidak ditemukan di tempat lain.

“Kabupaten Wakatobi akan semakin terangkat namanya karena ada burung kaca mata Wangi-Wangi (Sui Bulanta). Burung kaca mata ini langka dan punya nilai ekonomi. Jadi, jangan macam-macam karena jika salah memanfaatkan seperti diperdagangkan maka akan berurusan dengan pihak berwajib,” warning Hugua.

Hal senada diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW), Darman, bahwa memperdagangkan burung Kacamat Wangi Wangi adalah perbuatan kriminal dan dapat masuk penjara dengan meyakinkan.

Sementara itu, Harjono, anggota tim pusat penangkaran burung endemik Wangi-Wangi menambahkan dalam waktu dekat sebagian burung kacamata itu akan dilepas ke alam aslinya. “15 ekor akan segera dilepas ke alam aslinya. Dan 5 ekor lagi akan tetap di penangkaran untuk proses berkembang biak,” ujar Harjono.

Harjono, juga mengatakan selama di pusat penangkaran Wangi-Wangi sebelum dilepas ke alam aslinya. Terlebih dahulu perkembangan burung kacamata itu dipantau setiap waktu. Mulai dari jenis makanan hingga kesehatannya.

“Selama di pusat penangkaran ini, kita harus pantau. Sebelum dilepas harus disembuhkan dari rasa stres dan dipastikan pula jika burung itu sehat. Untuk makanannya selama di penangkaran, kita siapkan buah seperti pepaya dan pisang karena itu mengandung karbohidrat. Kalau jenis protein biasanya kita sediakan telur, serangga ulat magot, ulat kandang dan ulat Hongkong,” beber Harjono. (Tribunbuton.com/adm)