Oleh: WAYLAN SYAH ODE KAWAISA
Saat ini kita sudah berada di pertengahan Ramadhan 1444 H, yaitu 17 Ramadhan, bertepatan dengan peristiwa Nuzulul Qur’an. Setiap tahunnya, peristiwa Nuzulul Qur’an terasa begitu semarak.
Tidak hanya masjid/rumah ibadah, bahkan istana negara juga menyemarakkan peristiwa tersebut dengan menggelar kajian ilmiah tentang peringatan peristiwa turunnya Al-Qur’an.
Alhamdulillah Pada tahun ini Status turun dari Pandemi menjadi Endemi, umat manusia masih menghadapi endemi Covid-19 dan jangan lupa juga jaga Kesehatan Pada saat Ramadhan Agar tetap VIT Melaksanakan Puasa Ramadhan ini.
Mengenai kapan turunnya Al-Qur’an, ulama berbeda pendapat. Maka, karena adanya perbedaan tersebut, sebagian besar negara Arab memperingati peristiwa Nuzulul Qur’an pada 27 Ramadhan.
Terlepas dari perbedaan tersebut, inti dari peringatan Nuzulul Qur’an adalah agar manusia mengambil hikmah/ibrah agar semakin dekat dengan Al-Qur’an dan semakin rajin membaca, mentadabbur dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 185:
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS. Al Baqarah: 185).
Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup kita (dustur) untuk ditadabburi atau direnungkan, sehingga bisa memahami, mengambil ibrah dan mengamalkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, bukan sekedar untuk diperingati secara seremonial.
Nuzulul Qur’an yang diperingati secara menyeluruh di Indonesia harus mampu melahirkan generasi yang cinta kepada Al-Qur’an dan menumbuhkan keinginan lebih dalam untuk membaca, mempelajari, mentadabbur dan mengamalkan kandungannya.
Sangat disayangkan, melihat generasi Kepulauan Buton yang Bergelar Negri Khalifatul Khamis. Akhir-akhir ini, banyak yang tidak mampu membaca Al-Qur’an. Bukan hanya anak -anak, bahkan mereka yang sudah dewasa juga banyak yang tidak bisa baca Al-Qur’an. Parahnya lagi mereka tidak mau belajar, padahal tidak ada kata terlambat untuk belajar Al-Qur’an.
Hal ini bisa dilihat saat baca Al-Qur’an bagi calon pengantin di KUA. Banyak dari kita tidak mau bersahabat dengan Al-Qur an, Pada saat Ini Mulai Banyak Orang tua yang Memasukan Anak anaknya di Pondok Pesantren, Semoga Menjadi Anak anak Qur’an yang Shaleh dan Shalehah. Ini adalah salah satu Pilihan yang Tepat. Seperti Program Pondok Moderen Al Amanah Kota Baubau Yang Menekankan Kepada Bebas Buta Huruf Al Qur’an.
Padahal Al-Qur’an adalah pedoman hidup kita, obat penyejuk dan penenang hati. Setiap huruf yang dibacakan diberikan ganjaran pahala oleh Allah SWT, berbeda dengan bacaan lain, huruf yang dibaca kalau tidak dipahami tidak ada manfaatnya.
Masih ada kesempatan jika kita mau belajar al-Qur’an, apalagi saat ini sudah sangat mudah, ada metode cepat bisa baca al-Qur’an baik melalu belajar privat maupun majlis ta’lim.
Jika ini berjalan, maka ke depan tidak ada lagi generasi kita yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dan yang lebih membahagiakan lagi akan lahir generasi Qur’ani. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
“Kalau kamu mau bahagia, jagalah shalatmu, jadikan Al-Qur’an sebagai sahabatmu dan berbaktilah kepada kedua orang tuamu, begitulah tiga jalan menuju kebahagiaan”.
Di sana jelas tertulis bahwa salah satu jalan meraih kebahagiaan adalah senantiasa membaca Al-Qur’an. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Fathiir ayat 29-30.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah SWT dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah SWT menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS: Fathiir ayat 29-30)
Perbanyaklah membaca Al-Qur’an apalagi di bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang penuh keagungan dan kelebihan, bulan paling mulia jika dibandingkan dengan bulan yang lain ganjarannya berlipat ganda karena dalam bulan Ramadhan inilah Al-Qur’an pertama kali diturunkan.
Peristiwa tersebut menunjukkan betapa istimewanya bulan Ramadhan, sehingga dikatakan dengan bulannya Al-Qur’an.
Kalau kita lihat para ulama dahulu seperti Imam Malik r.a, beliau meliburkan majlis ilmu selama Ramadhan, bahkan sampai saat ini di negara-negara Arab rata-rata majlis ilmu diliburkan supaya semua bisa fokus untuk Al-Qur’an dan ibadah lainnya, hal ini juga dilakukan di Universitas Al-Azhar Cairo. Imam As Syafi’i Rahimahullah juga mengkhatamkan Al-Qur’an berkali kali selama Ramadhan.
Untuk itu, hiasilah Ramadhan dan peristiwa Nuzul Qur’an tidak sekedar seremoni. Mari budayakan untuk membaca Al-Qur’an baik di rumah, kantor, masjid/mushalla, sekolah dan tempat kita bekerja.
Jika tidak sempat membaca Al- Qur’an karena sebuah kesibukan, dengarkan tilawah Al-Qur an melalui gawai, tape, televisi dan lain-lainnya sehingga Al-Qur’an menjadi sahabat kita.
Kelak Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada kita, seperti sabda Rasulullah SAW; “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaatnya kepada seorang hamba pada hari kiamat. Al-Qur’an berkata, ‘Aku telah menahannya dari tidur pada malam hari, maka berilah saya ijin untuk memberikan syafaat kepadanya.’ Keduanya dapat ijin untuk memberikan syafa’atnya.”
Insya Allah semakin sering kita membaca dan mengamalkan perintah Al-Qur’an semakin besar harapan kita untuk mendapatkan syafa’at dan keberkahan dari Al-Qur’an di hari kiamat nanti, dan ke depan semoga tidak ada lagi anak-anak kita yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, kalau mau bahagia, mulai dari sekarang bacalah Al-Qur’an.
Al-Qur’an juga akan menenteramkan hati dan pikiran, sehingga kita menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup ini. Jangan biar Ramadhan berganti hari tanpa ada bacaan Al-Qur’an. Sesibuk apapun targetkan pada Ramadhan kali ini untuk mengkhatam dan membaca Al-Qur’an.