JAKARTA, TRIBUNBUTON.COM – Menjadi juri ajang Anugerah Kebudayaan yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) merupakan pengalaman paling menyenangkan bagi wartawan senior, Ninok Leksono.
Dalam siaran pers AK-PWI, Jumat 27 Januari 2023. Ninok Leksono, yang juga sebagai Rektor Universitas Multi Media Nusantara. Menjadi salah seorang tim juri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat tahun 2023 di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
“Menjuri Anugerah Kebudayaan PWI Pusat tahun 2023, tak kalah menyenangkan dibanding tahun sebelumnya. Bertemu Wali Kota Surabaya diawal hingga Wali Kota Medan diakhir penjurian. Beserta delapan Bupati dan Walikota lain, sungguh pengalaman mengesankan,”
“Juri tidak saja punya kesempatan bertatap muka tetapi juga mendapat contoh dan ilustrasi capaian yang ada pada 10 kota dan kabupaten yang masuk final kali ini. Tak bisa lain kecuali mengapresiasi kinerja Bupati/Walikota yang telah sungguh-sungguh bekerja untuk memajukan daerah masing-masing,” terang Ninok Leksono, dalam siaran pers Kamis 26 Januari 2023.
Ninok Leksono, dalam melakukan penjurian bekerjasama tim juri yang lain. Diantaranya Dosen IKJ dan penari senior, DR Nungki Kusumastuti, pengamat kebudayaan dan seni rupa Agus Dermawan T, wartawan senior dan Ketua PWI Pusat Atal S Depari, wartawan senior Yusuf Susilo Hartono yang menggagas dan melaksanakan AK-PWI sejak 2016 sampai sekarang dalam kapasitasnya sebagai Pengurus PWI Pusat.
“Harapan saya, selain mencerdaskan kota dan meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, fokus pembangunan tetap pada peningkatan kesejahteraan warga masyarakat. Satu lagi yang tak kalah penting adalah meningkatkan pemetaan wilayah dan mitigasi bencana,”
“Hal ini mengingat pemanasan global semakin menguat dan sering memicu cuaca ekstrem yang banyak menimbulkan bencana khususnya yang bersifat hidrometeorologis,” kata Ninok Leksono yang dikenal luas sebagai pelaku dan pecinta kesenian tradisi Jawa.
Ketua PWI Pusat, Atal S Depari, mengungkapkan Berbeda dengan tahun sebelumnya. Tema AK-PWI 2023 adalah “Inovasi Pangan, Sandang dan Pangan”. Peserta dapat memilih salah satun dari pangan, sandang atau papan.
Para Bupati/Walikota lanjut Atal S Depari, diberi peluang untuk fokus mengelaborasi program yang direncanakan dan program yang sudah dikerjakan. Fokus tersebut melahirkan rincian penjabaran pada saat presentasi di depan Tim Juri AK-PWI Pusat 2023.
Dan semua rinci itu secara umum berhasil disampaikan dengan mempesona. “Saya yakin, pesona ini muncul lantaran tema yang terpilih sesuai dengan passion kepala daerah,” ujar Ketua PWI Pusat.
Bagi penulis buku-buku laris itu, yang mengesankan dirinya adalah daya tarik semua itu diberangkatkan dari landasan konsepsi budaya lokal dan nasional. Sehingga pangan misalnya, dibudidayakan dengan dasar-dasar kearifan setempat. Dengan ditandai ragam kemasan yang artistik dan bercitra seni lokal.
Sandang dikembangkan segala aspeknya dengan visi tradisional, meski dengan sentuhan masa kini. Sehingga motif klasik dipertahankan, motif baru sekaligus diasimilasikan. Sementara papan dibangun dengan pendekatan dan semangat tradisi gotong royong yang liat, dan diwujudkan dalam bentuk arsitektur/interior yang tak lari dari gaya papan masyarakat. Dengan tema spesifik itu, tampilan Bupati/Walikota terasa ramai dan berwarna-warni.
Setelah melewati babak pendaftaran sejak Agustus lalu, babak seleksi admistrasi (proposal dan video), babak presentasi di depan Tim Juri. Akhirnya terpilih 10 Bupati/Walikota.
Yang mengangkat tema soal pangan yakni Bupati Malang (Jatim) HM Sanusi, Bupati Serdang Bedagai (Sumut) Darma Wijaya, Bupati Kuningan (Jabar) Acep Purnama, Bupati Indragiri Hilir (Riau) HM Wardan, Bupati Agam (Riau) Andri Warman, Bupati Halmahera Selatan (Maluku Utara) Usman Sidik. Sedangkan yang mengangkat soal sandang : Bupati Sleman (DIY) Kustini Sri Purnomo, dan Bupati Pesawaran (Lampung) Dendi Ramadhona K.
Sedangkan yang mengangkat tema soal papan ha ya satu orang yakni Walikota Surabaya (Jatim) Eri Cahyadi. Pada edisi berikutnya akan dikupas profil mereka satu persatu berikut apa program mereka yang diajukan sehingga mereka terpilih.
Pada AK-PWI yang ke-5 ini, setelah di HPN Lombok (2016), HPN Banjarmasin (2020), HPN Jakarta (2021) dan HPN Kendari (2022). Para wartawan ingin mengapresiasi para Bupati/Walikota yag sukses menginovasi mata rantai pangan, sandang dan papan, berbasis kebudayaan (kearifan lokal) dan informasi global.
“Menuju pangan yang berswasembada, sandang yang berperibadian dan papan yang selaras dengan alam dan lingkungan,” tandas Yusuf Susilo Hartono, yang dikenal juga sebagi pelukis dan penyair.
Atal S Depari, mengaku sepanjang melakukan penjurian sering merasa terkejut dengan inovasi para kepala daerah tersebut dalam menjawab tantangan daerahnya masing-masing dengan pendekatan budaya lokal.
Salah satu contoh, Bupati Pesawaran menggali dan mengembangkan Sulam Jelujur yang dibawah transmigrasi Jawa Tengah ke Pesawaran 1905, kemudian dikawinkan dengan tapis Lampung, sehingga menjadi Sulam Jelujur yang bisa menembus hingga Amerika Serikat.
Sementara itu Aktris Nungki Kusumastuti, menggaris bawahi usulan Bupati Malang HM Sanusi, bahwa setelah para Bupati/Walikota ini menerima penghargaan trofi Abyakta di depan Presiden, pada puncak HPN 2023 di Medan, 9 Februari mendatang, agar ditindaklanjuti PWI dengan program-program konkret berikutnya. (Tribunbuton.com/adm)