BAUBAU, TRIBUNBUTON.COM – Masyarakat Lingkungan Tanjung Batu Kelurahan Liwuto Pulau Puma Makasar (Puma) Kota Baubau Sulawesi Tenggara (Sultra) dihantui rasa cemas. Disebabkan perkampungan yang terletak di pinggir pantai itu pada musim angin tertentu seringkali diterpa angin kencang dan ombak besar.
Ketua RW 03 Liwuto, Antang Abuah, mengatakan wilayah pemukimannya di RT 04/RW 03 Kelurahan Liwuto Pulau Makasar berbatasan langsung dengan laut atau hampir semua wilayahnya menghadap laut.
“Setiap musim angin barat, kita mulai berjaga. Musim ini ombak sangat besar sampai tembus daratan Tanjung Batu. Musim barat itu terjadi antara bulan Januari sampai Februari,” ungkap Antang Abuah di lokasi yang kerap diterjang ombak, Kamis 8 September 2021.
Dijelaskannya, akibat hempasan ombak bisa melewati atap sebuah rumah dibibir pantai. Selain itu, banyak benda milik warga yang berada di bagian pesisir pantai ikut tersapu. Penduduk hanya bisa pasrah melihat amukan angin dan ombak.
“Tahun 2022 ini ada satu perahu yang terbawa ombak. Itu tidak bisa diselamatkan karena kita tidak mau ambil resiko, takut digulung ombak. Kejadian itu jam 12 malam. Lalu ada juga warga berteriak jika dalam rumahnya telah masuk air laut,” jelas Antang Abuah.
Ketua RT 04/RW 03 Liwuto, La Ode Arwahid mengungkapkan jika dampak terparah dari ombak besar dimusim barat dapat dirasakan enam rumah di Tanjung Batu. Wilayah yang dihuni tujuh Kepala Keluarga (KK).
“Sebenarnya sudah bertahun-tahun kita usulkan pembangunan talud pemecah ombak 200 meter ke laut. kita usulkan melalui (Musrenbang) Musyawarah Perencanaan Pembangunan termasuk kecalon-calon anggota DPR. Tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjut, hanya janji-janji saja,” ungkap Arwahid.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Baubau telah mencatat fenomena di pesisir Tanjung Batu Puma itu. BPBD akan mendorong pembuatan talud pemecah gelombang di lokasi tersebut ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Sesuai desain dari konsultan, talud pemecah ombak di Puma berukuran sekitar 450 meter persegi. Estimasi biaya yang dibutuhkan berkisar Rp 8,6 miliar,” tutur Kabid Rekonstruksi dan Rehabilitasi BPBD Baubau, Hamkah saat dikonfirmasi wartawan. (Tribunbuton.com/Flash)