PARIWARA
BUTUR TRIBUNBUTON.COM – Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buton Utara (Butur) gerak cepat atasi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat nyamuk Aedes Aegipty. Sejumlah petugas surveilans diturunkan guna memberantas penularan gigitan nyamuk genus aedes dengan metode fogging (Pengasapan).

Plt Kadinkes Marsuli mengatakan, metode fogging adalah menyemprotkan pestisida atau insektisida kimia dalam bentuk aerosol. Umumnya, pestisida yang digunakan adalah pyrethroids.
Pasalnya Dinkes menemukan adanya dua kasus baru penyakit epidemi nasional Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kata dia, Kasus positif DBD pertama ditemukan awal bulan April 2021, dan yang kedua terjadi sekitar pertengahan April.

Marsuli, mengimbau kepada seluruh warga agar selalu membersihkan lingkungannya maupun dalam rumah. Bilamana ada masyarakat di dalam keluarganya merasakan gejala panas tinggi, demam dan suhu panasnya lama turun agar segera ke puskesmas.

Selain masyarakat Marsuli juga mengimbau kepada seluruh puskesmas dan rumah sakit agar bertindak bergerak cepat jemput bola ketika ada informasi terdapat warga yang mengalami gejala atau ciri-ciri DBD maupun penyakit menular lainnya.
Bahkan semua klinik di Buton Utara, Marsuli juga mengimbau jika mendapati kasus DBD ataupun penyakit menular lainnya yang perlu harus ditindaklanjuti lebih lanjut, dan segera melaporkan dan berkoordinasi ke puskesmas atau dinas kesehatan.
“Kendati kasus ini bukan kejadian luar biasa (KLB) namun ini kami anggap kejadian peningkatan kasus. Kami tidak boleh lambat dan lengah melakukan langkah-langkah pengendalian dalam menekan terjadinya peningkatan kasus DBD,” tandasnya.
Agar kasus tidak bertambah, Dinas Kesehatan setempat lalu mengambil tindakan pengendalian dan pemberantasan melalui fogging.
Sasaran fogging dipusatkan di dua titik di Kelurahan Sara Ea Kecamatan Kulisusu, Kamis, 22 April 2021.
Selain langkah pemberantasan, Dinkes juga mendorong perlunya upaya pencegahan dengan 3 M. 3 itu adalah :
1.Menguras
Hal ini dilakukan dengan membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
2. Menutup
Langkah ini dilakukan dengan menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sejenisnya.
3. Mengubur
Mengubur atau memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
Selain hal diatascara yang paling utama untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan mengusahakan agar kita tidak digigit nyamuk Aedes aegypti.
Hal bisa dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, juga menggunakan penangkal nyamuk agar tidak berkembang biak di rumah.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Butur, Muhamad Darlan, menjelaskan DBD terjadi biasanya pada musim pancaroba, saat hujan dan panas bergantian. Telur dari nyamuk Aedes Aegipty ini, pada musim kemarau bisa bertahan hingga enam bulan.
“Dari telur ke jentik, berproses selama tujuh hari sudah menjadi nyamuk. Nyamuk ini sekali bertelur bisa 200 sampai 300 biji,” ujarnya.
Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty berbeda dengan nyamuk pada umumnya. Nyamuk tersebut berkembang biak di tempat yang bersih, seperti bak di dalam rumah.
Karenanya, gerakan 3M baik di lingkungan sekitar maupun dalam rumah sangat penting dilakukan. (m1)