Umat Hindu Salah Satu Komponen Pembangunan di Kota Baubau
BAUBAU, TRIBUNBUTON.COM
Umat Hindu di Ngkaring-karing, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, menggelar pesta adat/pawai ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Caka 1943. Wakil Wali Kota Baubau, Ahmad Monianse turut hadir dan menyampaikan pesan Wali Kota Baubau, AS Tamrin, tentang perbedan sebagai komponen mebangun bangsa dan keharmonisan, Sabtu 13 Maret 2021.
Monianse dalam sambutannya, mengatakan, umat Hindu adalah salah satu komponen pembangunan di Kota Baubau, perbedaan adalah sebuah keniscayaan dan tidak harus disamakan dan juga tidak harus dibedakan. Pemkot mengajak umat beragama untuk bersama-sama membangun keharmonisan.
“Wali kota dalam membangun keharmonisan punya pancasila dalam kandungan Po5 yaitu nilai filosofi lokal Buton yang disebut sarapataanguna,” jelasnya di hadapan umat Hindu Kota Baubau.
Sejak dulu ada filosofi lokal Buton yang bisa membangun keharmonisan. Dikenal dengan istilah sarapataanguna yang kini diaplikasikan dalam Po5. Salah satunya pobincibinciki kuli. Ini sangat relevan dengan filosofi Hindu yang agung tentang bagaimana menyelaraskan kehidupan dengan tuhan dengan alam dan sesama manusia.
Pesan wali kota kepada pemangku agama kiranya dalam membangun konsep Po5 diharapkan kontribusi masyarakat hindu untuk bisa menterjemahkan bagaimana prilaku masyarakat Bali pada umumnya. Bagaimana agama menerapkan po5 dalam kehidupan beragama masing-masing.
“Mungkin bisa kita diskusikan bersama bagaimana filosofi polima menjadi penopang keharmonisan,” ujarnya.
Pemda Kota Baubau mengharapkan respon dalam waktu tidak lama, sehingga po5 bisa dilihat dalam sudut pandang agama. Kiranya po5 dapat dilihat secara universal.
Sementara itu, Ketua PHDI Kota Baubau, Ketut Siwayasa, menjelaskan tahun ini merupakan tahun membersihkan diri dalam rangka menyambut hari raya suci nyepi. Ogoh-ogoh dalam kehidupan manusia, melambangkan nafsu dan nafsu ketika besar harus dihilangkan.
“Makanya ogoh-ogoh ini kita arak dan sebentar kita bakar,” katanya ketika diwawancara sejumlah awak media.
Tahun lalu pawai ogoh-ogoh tidak digelar karena bertepatan dengan mewabahnya Pandemi Covid 19. Sedangkan kegiatan tahun ini digelar untuk memenuhi syarat namun tetap menjalankan protokol kesehatan. (yhd)