BAUBAU, TRIBUNBUTON.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), bakal mengoptimalkan tes urine di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pelajar untuk memberantas narkoba. Program ini merupakan rutinitas tahunan, namun bakal lebih optimal dilakukan tahun 2021.
Hal ini disampaikan Wakil Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse, saat menghadiri rapat kerja program pemberdayaan masyarakat anti narkoba wilayah kerja BNN Kota Baubau, di salah satu hotel di Kota Baubau, Rabu 14 Oktober 2020. Kegiatan ini juga dihadiri oleh pimpinan daerah di kepulauan Buton, atau yang mewakili.
“Saya kira itu bentuk komitmen kita dalam memberantas peredaran narkoba. Selain melakukan tindakan saya pikir sangat penting juga melakukan upaya persuasif lewat sosialisasi kepada masyarakat agar menjauhi narkoba,” ujar Monianse.
Dia melanjutkan, untuk memberantas peredaran narkoba Pemkot Baubau telah membentuk lima kampung bersinar, tim terpadu Program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang diketuai Wali Kota AS Tamrin secara langung, serta membentuk relawan anti narkoba pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Komitmen itu juga ditunjukan Pemkot Baubau lewat dukungan anggaran serta hibah tanah seluas 5 ha (hektare area) di kawasan Simpang Lima Palagimata.
Monianse menyadari, pemberantasan peredaran narkoba sangat sulit karena masalah yang begitu komplek. Namun demikian optimisme harus tetap dijaga karena banyak hal yang bisa dilakukan untuk menemukan solusi.
Pemkot Baubau misalkan, bersama BNN Kota Baubau telah memetakan lima kelurahan dengan peredaran narkoba tertinggi yaknil, Lanto, Bukit Wolio Indah, Wameo, Sulaa dan kelurahan Wale. Ke limanya telah masuk dalam skala prioritas pemberatasan peredaran narkoba di Kota Baubau yang dibingkai dalam program kampung Bersinar (wilayah bersih narkoba).
Optimisme pemberantasan Narkoba di wilayah kepuluan Buton termaksud Kota Baubau juga disampaikan Kepala BNN Sultra, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Ghiri Prawijaya. Menurutnya yang harus diutamakan adalah sosialisasi tatap muka untuk memberi edukasi bahaya narkotika kepada masyarakat. Tentunya dengan memetakan terlebih dahulu daerah rentan peredaran serta kultur masyarakat.
“Narkoba itu di mana saja tinggi, tinggal bagaimana kita mencari. Sehingga untuk mencegah itu kita upayakan mengurangi permintaan, dengan cara sosialisasi supaya pemakai setiap tahun tidak bertambah. Yang sudah pakai diobati, rehabilitasi, yang belum pakai dikasi kampanye terus supaya tidak pakai,” jelasnya saat sesi wawancara.
Saat ditanya apakah sosialisasi benar efektif karena melihat fakta banyak masyarakat terpelajar semisal ASN yang terjebak dalam kasus narkotika? Dia menjawab “Minimal bisa mengurangi,” sembari berlalu pergi. (p4)