“MASA DEPANMU ADA DI LAUT”

1072
Drs Hasirun Ady MSi

Oleh: Hasirun Ady *)

NAMA Wakatobi mulai populer tahun enampuluhan ketika pemuda dan pelajar dari Wakatobi di Kota Baubau menjalin komunikasi dan Silaturrahmi. Wakatobi yang kemudian menjadi nama kabupaten yang diusulkan oleh 7 (tujuh) pemrakarsanya, merupakan akronim dari nama pulau besar yakni Wangiwangi ( Wa), Kaledupa ( Ka ), Tomia ( To ) dan Binongko ( Bi). Dalam Peta Nasional dan Dunia, wilayah ini tercatat dengan nama Kepulauan Tukang Besi.

***
Ketujuh Pemrakarsa/Tim/Panitia Pembentukan Kabupaten Wakatobi ialah
H Utudae Samad BBA SE dan Drs H Hasirun Ady MSi (Tomia), Dr H Ahmad Mahufi Madra SH MM dan La Ode Mbay Maswar BA (Wangiwangi), Drs H Manafi dan La Ode Ali (Kaledupa) dan H Muhammad Kamil Ibrahim, BA (Binongko). Dalam masyarakat, mereka populer dengan sebutan Tim/Panitia 7

***
Menurut berbagai informasi pemberian nama Kepulauan Tukang Besi, dikaitkan dengan keahlian dan keterampilan menempa besi penduduk Pulau Binongko. Sampai sekarang mereka masih melestarikannya. Mereka memproduksi aneka kebutuhan masyarakat, seperti Parang, Pisau, Tombak dll. Produksi mereka sangat terkenal kualitasnya. Ratusan tahun produk mereka dipasarkan di lokal dan Nusantara. Menurut catatan H. Rosihan Anwar, wartawan senior, parang Binongko mulai di kenal di Kepulauan Maluku tahun tahun 1630.

***
Kearifan Lokal

Kondisi tanah di Wakatobi rada-rada sama, tandus. Meski di tiga pulau, Wangiwangi, Kaledupa dan Tomia bisa tumbuh tanaman jangka panjang, misalnya jenis ubiubian dan biji-bijian. Kecuali jagung yang relatif durasinya bulanan, Ubiubian memlilki masa panen rata rata tahunan. Waktu jeda menunggu panen, penduduk melaut menangkap ikan-nelayan. Sebagian melakukan perdagangan antarpulau di Nusantara dan bahkan berdagang hingga ke Singapura dan Malaysia.

Kebiasaan tersebut yang mengantarnya dapat eksis di rantau. Kecenderungan suka merantau, menurut hemat penulis, membawa dampak positif terhadap kelestarian sumberdaya lokal. Misalnya tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Meski sudah ada yang mengalami kerusakan, namun masih luas hamparan terumbu karang yang diandalkan sebagai daya tarik wisata minat khusus.

Demikian kagum terhadap kekayaan dan keindahan biota laut di Wakatobi, sehingga Pemilik Wakatobi Dive Resor, Lorenz Mader menjuluki Wakatobi “The Little Paradise In The World”

Sementara itu, wartawan sebuah Majalah di Polandia, Pieterz Swezki, tahun 2005, mengunjungi Wakatobi. Penulis “layani” ketika di Wanci. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Hoga, Kaledupa dan Pulau Tomia. Dalam pejalanan pulang ke negaranya, langsung dari Tomia ke Baubau. Sekitar seminggu kemudian dia mengirimi surat dalam Bahasa Inggris ( terjemahan penulis). “Jaga baik baik negerimu, masa depanmu ada di laut”

Leluhur memberi nama nama karang, misalnya, Karang Latappola, Karang Untuno dll. Mereka menangkap ikan dengan cara memancing dan cara pasang Bubu pada karang secara menetap. Menghindari aktifitas berpindah ( Nomad). Sehingga terumbu karang terpelihara. Sebuah kearifan lokal yang kemudian mewariskan keuntungan, yakni peluang mengembangkan kegiatan kepariwisataan.

***
Pariwisata Dunia

Berbagai upaya dilakukan pemerintah kabupaten guna membuka akses yang selain cepat juga aman, misalya pembangunan bandara dan infrastruktur kepelabuhanan. Sejauh yang penulis amati telah memadai. Walaupun dalam pengembangannya perlu prioritas. Sebab infrastruktur kepelabuhanan berkaitan frekuensi dan mobilitas orang dan barang.

Di banyak tempat memberi pelajaran adanya infrastruktur yang kurang strategis, yang pada gilirannya cenderung mangkrak.
Oleh sebab itu, menurut hemat penulis dalam pembangunan kepariwisataan menjadi penting mempertimbangkan pendekatan yang membuka dan meransang minat Wisnus dan Wisman.

Akhirnya, mungkin tidak sekejap untuk menyalip Popularitas dan kemajuan Pariwisata Pulau Dewata, Bali. Namun bijak jika para elit Wakatobi senantiasa berpikir mengkaitkan negeri ini dengan masyarakat dunia. Membangun Wakatobi, menurut hemat penulis, siapapun pemimpinnya akan tetap bertumpu pada dua sektor sumberdaya lokal, yakni Perikanan, Kelautan dan Pariwisata.

Dengan demikian ekosistem lingkungan menjadi tema yang sebaiknya, senantiasa menjadi argumen, pola pikir dan cara pandang meletakan program di Kabupaten Wakatobi.

*) Mantan Kadis Pariwisata dan
Kebudayaan Wakatobi, 2004-2011
*) Wakil Sekretsris Panitia 7 (Panitia
Pembentukan Kabupaten Wakatobi.