BAUBAU, TRIBUN BUTON
Indonesia kembali diguncang dengan bencana yang melanda Provinsi Papua pada Sabtu (16/3/2019) pukul 21.30 WIT, dimana telah terjadi banjir bandang yang menerjang sembilan kelurahan di Kecamatan Setani, Kabupaten Jayapura.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribunbuton.com dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Betoambari Baubau, banjir bandang yang menewaskan puluhan orang tersebut diduga disebabkan Sirkulasi Atmosfer, atau dengan kata lain terjadi pengumpulan massa udara lembab dan basah yang menyebabkan hujan berkepanjangan, yang mulai terjadi pada 12 hingga 15 Maret sebelumnya.
Hal itu turut dijelaskan Kepala BMKG Stasiun Betoambari Baubau Faturi Syahbani, saat ditemui pada Senin (18/3/2019). Dikatakannya, Sirkulasi Atmosfer ini mulai bergerak dari Samudra Hindia, yang kemudian masuk ke Sumatera yaitu wilayah barat Indonesia, dan menerus hingga ke wilayah timur.
“Jadi pertengahan Maret ini, sirkulasi tersebut sudah bergerak kearah timur. Olehnya, kemarin Jayapura terjadi banjir bandang, tepatnnya di Sentani, dikarenakan kumpulan uap dari fase ini menghasilkan hujan berkepanjangan,” jelasnya.
Dijelaskan, sirkulasi ini merupakan fase rutin yang terjadi antara 40 hingga 90 harian, dan terus bergerak mengelilingi dunia, namun hanya pada sekitar katulistiwa, termasuk di Indonesia sebagai negara tropis.
untuk diketahui, dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Minggu (17/3/2019) terhitung ada 58 orang meninggal dunia dan 74 orang luka-luka dalam tragedi ini.
Dan dilansir dari Tribunnews.com, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memaparkan, kemungkinan besar jumlah korban akan terus bertambah, dikarenakan Tim SAR gabungan masih terus melakukan evakuasi, mengingat belum semua kelurahan di Kecamatan Sentani yang terdampak banjir bisa terjangkau.(Drian)