PENDUDUK Pulau Binongko, khusunya Desa Sowa terkenal pandai menempa besi. Kepandaian diwarisi secara turun-temurun. Hal ini sudah berlangsung ratusan tahun.
Mereka memproduksi berbagai jenis parang, pisau dan tombak. Produk mereka terkenal akan kualitasnya. Selain dipasarkan secara lokal, juga dipasarkan diberbagai pelosok nusantara.
Wartawan Senior H Rosihan Anwar dalam “Catatan Perjalanan “yang dimuat Majalah Tempo (Edisi Juni 1982) menyebutkan, parang dan pisau dari Pulau Binongko mulai dipasarkan di Maluku pada abad ke-16. Dijual kepada para petani cengkeh dan pala.
Merujuk catatan tersebut menunjukan produk masyarakat pulau “pemali” ini terbilang lama.
Menyebut nama Pulau Binongko identik dengan ” pandai besi”. Padahal sebagian besar penduduknya piawai dan ulet menekuni dunia perdagangan dan jasa. Demikian tersohornya, sehingga banyak pengamat yang mengkaitkan nama gugusan pulau-pulau yang terletak di “bibir” Laut Banda, ini “Kepulauan Tukang Besi” berasal dari kepandaian menempa besi orang-orang Binongko.
Barangkali awam belum mengetahui. Bahan baku besi didatangkan dari luar Pulau Binongko. Mereka membeli per mobil bekas (suku cadang bekas berupa per mobil, red). Mereka membeli di Surabaya, Makassar, Ambon dan kota-kota lainnya. Dahulu bahan baku ini diangkut dengan perahu layar.
Kelompok ini menggantungkan hidup dari penjualan parang, pisau, tombak dll. Keuletan mereka ternyata ikut melestarikan budaya leluhur. Pada sisi lainnya mendukung daya tarik wisata Kabupaten Wakatobi.
Kualitas dan daya tarik kemasan produk, khususnya pisau Binongko perlu ditingkatkan. Pada simpul ini Pemkab Wakatobi, membantu mendesain kemasan. Dengan demikian, mudah dan aman dibawa sebagai souvenir khas Wakatobi.
Sejauh yang diamati kemasan produk pisau sudah menarik. Pemkab melalui instansi terkait sudah terlibat dalam memodel kemasan sehingga indah dan nyaman dibawa serta dipergunakan.
Dalam tradisi lokal Wakatobi pisau menjadi sarana utama yang digunakan kaum perempuan dalam kegiatan-upacara adat. Misalnya pada acara perkawinan dan acara adat kari’a. Digunakan mengupas dan memotong sayur-sayuran dan lainnya.
Orang-orang Binongko – Wakatobi dikenal ulet. Mereka senang merantau. Ditemukan di banyak tempat di Nusantara. Biasanya memulai dan meritintis perkampungan dan pasar. Di kemudian hari jejak mereka berkembang menjadi lokasi elit.
(***)
Penulis: Hasirun Ady/tribunbuton.com