CANTIK, anggun, pekerja keras, murah senyum, berpenampilan sederhana namun menarik, menjadi ciri khasnya. Berjilbab rapih, ia menyapa dengan kata yang halus dan menyambut secara santun. (***)
Muhammad Alfishar Ramdhanil,Baubau
DIA adalah Dr. Wa Ode Al Zarliani, S.P., M.M, Rektor Universitas Muhammadiyah Buton (UMB). Di tangan ibu cantik inilah kemajuan UMB menjadi terkenal di masyarakat Kota Baubau bahkan Sulawesi Tenggara dan tingkat nasional.
Jumat, 25 Juni 2021 ibu berkacamata itu menerima saya (tribunbuton.com) di ruangan kerjanya di lantai satu Gedung Rektorat UMB untuk wawancara khusus. Ruangan yang begitu nyaman bernuansa moderen. Di atas meja terpajang foto keluarga bahagia dari Ibu Rektor. Terlihat juga begitu banyak piagam dan penghargaan yang diraihnya.
Dalam suasana santai, kami pun mulai berbincang. Ibu yang suka mengaji itu menjawab pertanyaan dengan penuh senyum manis. Sehingga diri ini tak bisa berhenti gemetar (gugup) namun terpukau sampai berbicara terbata-bata.
Al Zarliani dilahirkan di Bonebone, 7 November 1974. Menamatkan pendidikannya di SD Negeri 1 Bonebone (1987), dilanjutkan pada jalur pendidikan SMPN Betoambari (1990), SMA Negeri 2 Baubau (1993).

FOTO:ISHAR/TRIBUNBUTON.COM
Alzarliani sempat mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin namun tidak lolos dan sempat menganggur setahun. Kemudian bisa menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Sosek Pertanian (1998) di Universitas Haluoleo, kemudian pada Tahun 2012 melanjutkan Pascasarjana Manajemen Pemasaran di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dan berhasil meraih gelar doktor di Universitas Haluoleo Prodi Agribisnis pada tahun 2019.
Prestasi akademik pada saat masih duduk di bangku SMP dan SMA, ibu yang beralamat di Jalan Hoga ini sering mendapatkan juara kelas. Pada masa kuliah S1 semester IV ia sudah menjadi asisten dosen Mikrbiologi mata kuliah Kimia di Universitas Haluoleo.
Pada saat melanjutkan S3 merupakan suatu kebahagiaan buat sang rektor UMB. Di saat tengah dalam kesibukan, ia berhasil mendapatkan gelar doktor sebagai lulusan terbaik dengan predikat cumlaude dan nilai IPK 4.00.
Menikah pada tahun 2001 dengan pria tampan bernama Sadafin, S.Pd., M.Pd. Mereka memiliki empat anak yaitu Muhammad Rezki Alfajrin, Nur Afifah Alda Yahya dan yang ketiga dan keempat merupakan putri kembar. Nur Askiah Almagfirah dan Nur Zaskiah Azzahrah.
Ibu yang dikenal hobi menulis dan membaca ini mengatakan motto hidupnya adalah “Berbuatlah yang terbaik dalam setiap kesempatan”.
Sebelum menjabat sebagai rektor, ia pernah magang di Dinas Pertanian Kota Baubau. Pernah juga menjadi Koordinator PNPM Mandiri Perkotaan Kota Baubau pada tahun 2001. Kemudian menjadi dosen Agribisnis, wakil dekan dua periode dan dekan dua periode di UMB.
Sebelum diresmikannya Universitas Muhammadiyah Buton (UMB) pada 10 Juli 2001, awalnya kampus yang ia pimpin ini masih bernama Universitas Islam Buton (UIB). Al Zarliani melakukan perjalanan di Pulau Kabaena yang benar-benar perjalanan berat penuh hambatan dan rintangan. Sebagian besar jalan raya rusak total.
“Jilbab hitam bisa menjadi putih akibat dari debu,” kenangnya.
Hal itu tidak mengurangi semangatnya untuk mensosialisasikan tentang adanya Universitas Islam Buton (UIB). Berkat dukungan suami ia tetap memperjungankan kehadiran dan memperkenalkan UIB yang sekarang dikenal sebagai Universitas Muhammadiyah Buton.
Itulah awal perjuangan Ibu Rektor untuk mengenalkan Universitas Muhammadiyah Buton kepada masyarakat Buton maupun Provinsi Sulawesi Tenggara. Walaupun upah pada saat itu kecil dan diterima dalam lima bulan sekali.
Setelah terlantik sebagai rektor, Al Zarliani mengikuti pelatihan para rektor dalam acara Leadership Training Pimpinan PTM Angkatan ke 3. Diadakan oleh Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan dinobatkan sebagai peserta terfavorit pada tahun 2019.
Terinspirasi dari semangat yang disampaikan keluarga, hingga saat ini ia bisa merasakan manfaat itu bahwa kita senantiasa berbuat baik kepada siapapun.
Dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 7 yang berbunyi: In ahsantum ahsantum li anfusikum.
Artinya: jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian tersebut) itu untuk dirimu sendiri.
“Itulah yang diterapkan dalam keluarga,” ujarnya.
“Bagaimanapun juga saya adalah seorang isrti dan ibu dari anak-anak saya. Maka jikalau ada waktu senggang, saya selalu kumpul bersama anak-anak, makan bersama anak-anak walaupun tidak setiap hari. Setiap minggu ada kebersamaan, hidup berkualitas walaupun masih ada kurangnya. Tetapi tetap berusaha menjadi seorang Ibu yang baik, istri yang baik, anak yang baik dan menantu yang baik di tengah keluarga,” kata Al Zarliani.
Dalam ruangan yang sejuk, suasana semakin akrab. Ditambah dengan candaan dari ibu yang doyan ikan bakar dan sayur bening itu, rasa gugup saya mulai berkurang. Tanggung jawab dan kedisiplinan merupakan hal yang ditekankan kepada semua dosen dan tenaga kependidikan yang ada di lingkup UMB.
Al Zarliani pernah mengalami masa-masa kehidupan yang sulit. Pada masa kecil sempat berjualan es keliling. Dan juga saat menempuh perkuliahan S1, jauh dari orang tua, mulai kehabisan uang karena belum datangnya kiriman. Ia memutar otak bagaimana cara untuk bertahan dan menghasilkan uang. Pada saat itu karena memiliki banyak teman, ia membuka les privat.
“Ketika kita mengahadapi tugas berat dan kita berada sendiri di sana, maka kita harus jalan terus. Yang bisa menyelesaikan masalah ini bukan orang lain. Tetapi diri kita sendiri. Hal seburuk apapun kalau kita berusaha semaksimal mungkin Insha Allah tugas yang berat bisa teratasi. Jadi itulah yang memotifasi saya,” lanjut Ibu Rektor.
Pada kegiatan Seminar Kepemimpinan Nasional Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah yang diselenggarakan oleh Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Wa Ode Al Zarliani dinobatkan sebagai Pemenang Poster Terbaik. Kemudian Rapat Kerja di Batam, sebagai pendatang baru Al Zarliani dipercayakan menjadi perwakilan Komisi SDM untuk mempersentasekan hasil kegitan di tengah 300 pimpinan perguruan tinggi Se-Sulawesi. Itulah hal yang paling berkesan Ibu rektor yang dikenal dengan ketegasannya.
“Jangan pernah mengeluh. Kerja keras bukan hal yang sia-sia. Ada saatnya Allah berikan kita hadiah yang terindah,” tutupnya.
(***)