Jelang Satu Bulan Jabat PLH, Bukan Kepsek Definitif. Asman Hamdi, Mampu Menghadirkan Warna Baru di Wiyata Mandala SMAN 2 Wangi-Wangi
Duriani, Wakatobi
Bagaikan Api Dalam Sekam. Pribahasa ini sepertinya layak disematkan di lingkungan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi. Beberapa tahun terakhir, sekolah yang dipimpin Hasanudin SPd itu tampak seperti sekolah setingkat SMA/SMK pada umumnya.
Namun rupanya, di internal sekolah yang dihuni 43 tenaga pengajar dan 439 siswa-siswi itu terdapat masalah serius yang sulit dipendam khususnya di kalangan siswa-siswi, meskipun hal serupa juga dirasakan sebagian tenaga pengajarnya. Hasanudin, yang menjabat sebagai Kepsek sejak 2021 rupanya menjadi pemicu dari munculnya bibit masalah.
Puncaknya, Senin 21 Juli 2025 saat sedang berlangsungnya upacara bendera. Siswa-siswi SMAN 2 Wangi-Wangi membubarkan diri dari barisan upacara lalu maju dan mengejar Hasanudin yang saat itu menjadi inspektur upacara sembari meneriakan kalimat yang mengungkap berbagai persoalan. Diantaranya, dugaan pengelolaan dana BOS dan dana sekolah lainnya yang dinilai tidak transparan.
Selain itu, siswa-siswi juga menyoroti kebijakan Hasanudin lainnya yang dinilai merugikan siswa dan sekolah. Diantaranya, tidak melakukan Asesmen dan itu merugikan siswa. Tidak perduli dengan kondisi atap bangunan sekolah yang bocor sehingga mengganggu proses belajar mengajar. Banyak kegiatan ekstrakurikuler tidak dilaksanakan dan lain sebagainya.
Karena situasi yang tidak bisa dikendalikan lagi dan merasa ucapan serta alibinya sudah tidak didengar siswanya. Hasanudin, memilih untuk meninggalkan gedung SMAN 2 Wangi-Wangi dan pulang ke rumahnya. Seluruh siswanya pun sempat mengejar hingga ke jalan raya. Imbas dari aksi tersebut, seluruh siswa-siswi SMAN 2 Wangi-Wangi melakukan aksi mogok belajar selama empat hari.
Paska kejadian tersebut, muncul informasi jika dugaan penyalahgunaan Dana BOS di SMAN 2 Wangi-Wangi menjadi target pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Wakatobi. Dan itu benar, Kejari Wakatobi dari waktu ke waktu dan satu per satu memanggil pihak-pihak terkait guna dimintai keterangan sebagai saksi. Termasuk Kepsek SMAN 2 Wangi-Wangi, Hasanudin SPd.

Bahkan dalam proses penyelidikan hingga penyidikan. Kejari Wakatobi menemukan fakta baru dimana selain Dana BOS, ada juga indikasi lain yang menyebabkan munculnya dugaan kerugian negara akibat kebijakan Kepsek Hasanudin SPd.
Karena sudah tidak konsentrasi mengurus sekolah hampir satu semester akibat kesibukan bolak-balik di Kantor Kejaksaan Negeri Wakatobi. Hasanudin SPd menunjuk dan mengeluarkan SK untuk Asman Hamdi SPd sebagai Kepsek Pelaksana Harian (PLH) di SMAN 2 Wangi-Wangi. Terhitung sejak 18 November 2025 hingga waktu yang tidak ditentukan. Adapun SK dimaksud yakni Keputusan Kepala SMAN 2 Wangi-Wangi Nomor 422.1/087/XI/2025. Tentang penunjukan pelaksana harian Kepala SMAN 2 Wangi-Wangi Tahun Pelajaran 2025/2026.
Asman Hamdi SPd, bukanlah figur baru di SMAN 2 Wangi-Wangi. Sejak Tahun 2008, Asman Hamdi sudah menjadi bagian dari keluarga besar SMAN 2 Wangi-Wangi. Berbekal pengalaman sebagai guru dan dari beberapa kali pergantian pimpinan sebelumnya. Serta sedikit tau gejolak yang muncul di internal sekolah, Asman Hamdi mulai mencoba mengurai satu per satu.
Asman Hamdi sangat memahami bahwa jabatan Plh memiliki kewenangan yang sangat terbatas. Sehingga, ketika ingin memulai apa yang akan dikerjakan dan itu berada di luar batas kewenangannya. Terlebih dahulu menghubungi dan meminta izin dari Kepsek definitif, Hasanudin SPd.
“Dalam tugas saya sebagai PLH, saya menemukan beberapa tantangan besar. Salah satunya adalah amburadulnya Dapodik guru dan Dapodik siswa. tentu saja itu dapat berpengaruh pada data administrasi guru dan siswa terutama pada pembagian jam mengajar untuk guru dan penentuan rombel untuk siswa,” ungkap Asman Hamdi. Senin 15 Desember 2025.
Dikatakannya, meskipun sebagian data dimaksud sudah dilakukan perbaikan. Namun harus ada tindaklanjut yakni memastikan data hasil perbaikan itu tidak lagi berubah sepanjang bukan perubahan resmi yang diketahui masing-masing pihak. Terlebih saat ini memasuki jadwal pengisian buku rapor.
“Sebelum perbaikan itu, ternyata sangat amburadul seperti benang kusut yang harus diluruskan. Ada sebagian mapel dan guru yang tertukar kelasnya, bahkan mapelnya tertukar. Ini kerja berat, kalau saya menyelesaikannya maka saya ibarat super hero,” ujar Asman Hamdi, yang dikenal banyak orang dengan gaya komunikasi blak-blakan dan apa adanya.

“Belum lagi siswa pindah masuk yang belum dilepas oleh sekolah asal di dapodik. Saya harap agar hal ini tidak menjadi rahasia lagi agar pendidikan di sultra semakin baik dan benar. Semua itu perlahan-lahan saya sudah perbaiki dan sudah mendekati 100 persen,” sambung Asman Hamdi, dengan nada setengah bercanda namun wajah tampak serius.
Terkait tuntutan siswa sejak Kepsek Hasanudin yang selalu ingin mengembangkan diri dalam kegiatan ekstra kurikuler dan selama ini hampir tidak pernah dilakukan. Asman Hamdi menjelaskan perlahan mulai disahuti meskipun hanya bermodalkan semangat. “Kini saya sudah menjawabnya dengan kegiatan PORSENI yang sangat viral di media sosial. Luar biasa viralnya dengan tanggapan positif dari masyarakat,” ucap Guru Bahasa Indonesia itu.
Menurut Asman Hamdi, ditengah kondisi keuangan sekolah yang hingga kini sedang carut-marut dan diaudit pihak Kejaksaan Negeri Wakatobi. Namun tekadnya bersama guru-guru SMAN 2 Wangi-Wangi, kegiatan PORSENI bisa berjalan dengan baik. “Saya dan guru-guru turun tangan dengan penuh semangat pahlawan tanpa tanda jasa menyukseskan agenda tahunan Porseni SMAN 2 Wangi-Wangi. Dan Alhamdulillah, Porseni yang kami kemas ala Pesona Indonesia berhasil kami laksanakan,” bebernya.
Untuk program selanjutnya yakni mengembangkan diri siswa. Asman Hamdi menuturkan jika semester berikutnya, semua guru-guru yang berkompeten dalam kegiatan ekstrakurikuler akan diberikan SK. Sehingga bisa melakukan pembinaan terhadap siswa-siswi yang memiliki bakat untuk dikembangkan secara profesional.
Asman Hamdi menyadari bahwa jabatan PLH saat ini harus ada bantuan dan campur tangan serta kekompakan semua guru untuk maksimal memperbaiki semua yang harus dibenahi. Mulai dari dapodik siswa, dapodik guru, struktur organisasi SMAN 2 Wangi-Wangi yang bersih tanpa tekanan, pembagian jam mengajar yang adil tanpa intervensi.
“Program pelayanan peserta didik, kami juga harus tingkatkan di semester depan. Saya memohon doa restu dari seluruh warga sekolah, masyarakat serta sekolah-sekolah pendukung di zona SMA 2. Semoga dimasa PLH ini kami sudah benahi, sehingga semester depan SMAN 2 Wangi-Wangi menjadi sekolah yang diidamkan masyarakat,” harap Asman Hamdi. (***)









