PILGUB SULTRA, OKNUM MANTAN PEJABAT JUAL ISU SARA

1477

KENDARI, TRIBUNBUTON.COM – Paska penetapan Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat kurang lebih satu bulan berlalu.

Kampanye hitam dengan menjual isu Sara yang ditujukan kepada salah satu paslon masif dilakukan oknum dan Paslon tertentu. Dalam berbagai kegiatan kampanye berbalut sosialisasi dan sebutan lainnya.

Terakhir, viral beredar narasi mantan pejabat di Sultra melakukan provokasi terhadap masyarakat di salah satu pulau di Kabupaten Wakatobi Sultra. Dalam orasinya, mantan pejabat itu menghasut sekitar seribuan masyarakat dengan jualan isu Sara.

“Untuk apa memilih calon Gubernur Sultra yang notabene merupakan Ketua Kerukunan KKSS,” ujar mantan pejabat itu tanpa menjelaskan alasan konkrit.

Bahkan dalam mengagitasi masyarakat, oknum mantan pejabat itu juga menyebut Calon Wakil Gubernur Sultra yang notabene berasal dari pulau dimana pejabat itu melakukan provokasi.


“Meskipun wakilnya adalah saudara kita dari sini, namun kalau pun menang maka dalam hitungan hari sudah pecah kongsi,” demikian agitasi mantan pejabat itu dalam video singkat yang sempat beredar disejumlah group sosial media (WhatsApp).

Narasi-narasi tersebut, mengundang reaksi berbagai pihak. Dikhawatirkan bisa menjadi bibit konflik terlebih sudah menjual isu Sara. Meskipun oknum dan pihak tertentu penyebar hasutan itu menganggap hal lumrah karena seringkali diucapkan diberbagai lokasi kampanye.

Fajar Ishak, anggota DPRD Sultra dari Partai Hanura menyayangkan tindakan menghasut oknum dan pihak-pihak tertentu dengan menjual isu Sara. Menurutnya, Sultra terdiri dari berbagai Suku dan Agama.

“Saya sangat menyesalkan ada tokoh seperti NA membuat narasi bernada menghasut warga dengan isu suku dalam kontestasi pilgub Sultra. Itu narasi provokatif yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan di Sultra,” ucap anggota DPRD Sultra dua periode tersebut. Rabu 30 Oktober 2024.

Dikatakannya, semua kontestasi di Pilgub Sultra adalah putra-putri daerah Sultra. Tidak ada calon Gubernur Sultra yang bukan putra daerah.

“Defenisi putra-putri daerah Sultra jangan dibuat sempit. Menurut saya, yang dimaksud putra-putri daerah adalah beberapa kategorinya. Pertama, yang lahir di daerah Sultra yang orang tuanya berasal dari suku di Sultra. Kedua, yang lahir di Sultra tapi orang tuanya bukan dari suku sultra. Ketiga, yang lahir di daerah lain tapi dibesarkan di Sultra,” kata Fajar Ishak menjelaskan.

Anggota DPRD Sultra dua periode tersebut, menjelaskan jika banyak putra-putri hingga keturunan masyarakat Sulawesi Tenggara yang berkiprah dalam politik di luar Sultra. Hingga menjadi pejabat tertentu di daerah tempat domisilinya.

Namun, putra-putri Sultra yang berpolitik hingga menduduki jabatan strategis di luar daerah Sultra. Tidak pernah diperlakukan dengan narasi menghujat.

“Misalkan di daerah Maluku, ada putra Sultra dari Wakatobi namanya H Ahmad Mus yang menjabat Bupati Kepulauan Sula. Wakilnya H Mus ini namanya H Anwar orang Buton Lakudo. Ada juga Pak Aliong Bupati Kepulauan Taliabu, juga berasal dari Sultra. Lalu ada lagi, H Abdul Kadir Saleh, Wakil Bupati Seram Barat. Dan masih banyak lagi, namun tidak pernah dipersoalkan. Ada apa dengan Sulawesi Tenggara,” pungkasnya. (Tribunbuton.com/adm)