WAKATOBI, TRIBUNBUTON.COM – Mantan aktifis pergerakan sekaligus tokoh pemuda Wakatobi, Dariono, menilai pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 adalah moment mengembalikan kejayaan Wakatobi seperti halnya di era Bupati Wakatobi, Ir Hugua.
Keinginan masyarakat mengembalikan kejayaan Wakatobi sebagai bentuk keresahan pada pemimpin setelah masa kepemimpinan Bupati Wakatobi saat itu, Ir Hugua. Dimana hingga saat ini, Bupati Wakatobi paska era Hugua belum bisa mengangkat kembali nama besar Wakatobi baik di kancah nasional maupun internasional.
Menurut Dariono yang lebih dikenal dengan sebutan Anak Dari Desa (ADD). Pudarnya nama Wakatobi berawal dari keinginan pemerintah pusat menjadikan Wakatobi sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan super prioritas. Sehingga wakatobi bisa menjadi 10 Bali baru di Indonesia.
Keseriusan pemerintah pusat menjadikan Wakatobi sebagai salah satu dari 10 Bali baru di Indonesia. Ditandai dengan ditetapkannya Wakatobi menjadi daerah dengan status Badan Otoritas Pariwisata (BOP) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Namun kata Dariono, keseriusan pemerintah pusat untuk membangun sejumlah infrastruktur pariwisata melalui program BOP Wakatobi tidak mendapat respon positif dari rezim paska kepemimpinan Bupati Wakatobi Ir Hugua saat itu.
“Jadi momentum pemilihan Bupati 2024, jangan lagi memilih calon Bupati yang tidak paham dengan kondisi masyarakat dan potensi daerah kita Wakatobi. Saya selaku putra Wakatobi yang kebetulan lahir dan besar di Ibukota berharap tongkat kepemimpinan Wakatobi kedepan beralih ke figur yang memiliki dan paham dengan karakteristik Wakatobi khususnya yang berada di pulau Kaledupa, Tomia atau Binongko seperti Hugua,” harap Dariono. Rabu 20 Maret 2024.
Dariono, mengungkapkan andai BOP tidak ditolak pemimpin paska Hugua. Nama Wakatobi sudah pasti akan menyamai Mandalika yang saat ini sudah menggaung hingga internasional dengan pembangunan sirkuit motor GP oleh pemerintah pusat.
“Saat dilangsungkannya balapan motor GP di Mandalika, semua mata penduduk bumi tertuju kesana. Sirkuit motor GP dengan keindahan alam Mandalika yang sangat eksotis seakan membius seluruh penonton untuk menjadikan Mandalika sebagai destinasi yang sangat perlu di kunjungi,” ungkap Dariono.
Wakatobi lanjut Dariono, memiliki potensi yang lebih hebat ketimbang Mandalika. Daerah otonom yang awalnya merupakan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi adalah tempat dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Hal ini terbukti dengan pengakuan organisasi dunia Unesco yang menetapkan Wakatobi sebagai Cagar Biosfer Bumi.
Label Wakatobi sebagai Cagar Biosfer Bumi hingga kini belum berdampak pada kesejahteraan penduduknya. Sementara dilain sisi, Bupati Wakatobi saat ini H Haliana sudah dua kali diundang Unesco untuk mengekspose kembali pentingnya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di wilayah cagar Biosfer Wakatobi sesuai hasil kesepahaman montreal pada konvensi keanekaragaman hayati (CBD COP15) akhir desember 2022 lalu.
“Sebagai wujud RTL kerangka kerja keanekaragaman hayati global (GBF) Kunming Metreal telah mengundang Bupati Wakatobi awal tahun 2023 dan terakhir ke Paris oleh UNESCO,” ucap Dariono.
Dariono, menambahkan pengakuan dunia dengan keanekaragaman hayati Cagar Biosfer Wakatobi belum dimanfaatkan secara maksimal pemerintah setempat. Justru pemerintah setempat hanya fokus pada pengembangan spesies baru yaitu Udang Vaname secara trial and error. “Percobaan ini terus menerus menggerus anggaran daerah tanpa manfaat yang diperoleh daerah dan masyarakat,” tegasnya.
“Bupati Wakatobi harus paham tentang pengembangan potensi daerah agar tercipta keunggulan komparatif yang hanya dimiliki Wakatobi. Sehingga bisa menjadi keunggulan Indonesia dan bisa di ekspose ke mancanegara,” ujar Dariono.
Dariono, berharap di moment Pilkada tahun 2024, masyarakat Wakatobi bisa memiliki wawasan dan pengetahuan untuk menentukan dan memilih figur pemimpin lima tahun kedepan.
“Pemimpin kedepan harus paham bahwa Pariwisata Wakatobi adalah satu-satunya sektor yang menjadi harapan masyarakat dan menjadi sumber pendapatan daerah. Jika tidak mampu menyamai prestasi Hugua, minimal bisa mengekor di belakang Hugua,” harap Dariono. (Tribunbuton.com/adm)