WAKATOBI,TRIBUNBUTON.COM – Seorang guru di SDN Waitii Barat Kecamatan Tomia Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) inisial SM (54). Mendapat cacian dan hinaan dari sejumlah masyarakat setempat, bahkan mendapat bogem mentah.
Hal itu berawal saat SM melerai kedua muridnya F (6) dan N (6), yang terlibat pertengkaran dan saling mencakar. Kejadian itu terjadi Jumat 10 Februari 2023.
“Saat itu saya berikan tugas kepada kedua siswa yang masih kelas satu. Siswa N mengolok-olok tulisan F. Karena tidak terima, terjadi saling mengejek yang berakhir saling menyerang, cakar, pukul hingga baku tarik di dalam kelas. Saya berulang kali menegur sampai suara agak bernada tinggi, memperingati, mengancam tapi kedua anak itu enggan berhenti,” terang SM, Sabtu 18 Februari 2023.
Karena kesulitan menenangkan kedua muridnya yang bertengkar tersebut. SM mulai khawatir karena teman-teman kedua siswa itu turut melerai namun sudah kubu-kubuan. Sehingga semua muridnya disuruh keluar ruangan dan SM memeriksa tugas yang dikumpul muridnya.
“Disaat saya sedang memeriksa tugas seluruh murid, di luar ruangan terdengar suara keributan lagi. Mendengar itu saya keluar sembari bersuara keras, tujuannya agar kerumunan anak-anak itu bubar. Setelah mendekat rupanya ditengah kerumunan itu F dan N kembali melanjutkan pertengkaran,” kenang SM.
Karena tidak berhenti meski sudah berulang kali dilerai dengan berbagai cara, SM khawatir kedua siswa tersebut mengambil benda keras atau tajam di luar lalu saling melukai. SM mengambil tindakan dengan menampar kedua muridnya itu.
“Namun tamparan tersebut adalah tamparan yang terukur sebagai peringatan, karena hanya berupa dorongan pada pipi siswa tersebut. Sebagai seorang guru yang sudah lama mengajar, saya sadar keduanya masih kecil. Namun saya tidak menyangka kalau sampai keluar darah di bibir F. Karena saat itu ada murid kelas lain yang turut menyaksikan peristiwa itu,” ujar SM.
Setelah peristiwa itu, sempat terjadi riak-riak di masyarakat setempat. Karena beberapa orang warga sudah memprovokasi warga lainnya. Imbasnya, SM mendapat cemohan, hinaan, perkataan kotor dan kekerasan fisik (dipukul). Dan oknum pelaku pemukulan itu tidak ada sangkut pautnya dengan kedua murid yang bertikai. Namun pada akhirnya, semua pihak sepakat menyelesaikan kasus yang terjadi di lingkungan sekolah itu secara kekeluargaan.
Kamis 16 Februari 2023 lalu, mediasi digelar dan dihadiri orang tua murid, PGRI, Camat Tomia, Babinsa, Kapolsek Tomia, pihak sekolah dan kedua orang tua siswa yang bertengkar tersebut, berakhir damai.
Hasil akhir dari mediasi bersepakat bahwa tindakan pendisiplinan siswa tersebut masih dibatas kewajaran dan untuk pelaku pemukulan terhadap SM diharapkan tetap diproses hukum demi efek jera atas tindakan main hakim sendiri.
Akibat kejadian tersebut SM mengaku trauma. Meski semua cacian tetap membekas, SM berharap agar kejadian yang dialaminya tidak terulang lagi. Kedepannya berharap persoalan yang melibatkan siswa dan guru diselesaikan secara kekeluargaan, kepala dingin, tidak mudah terprovokasi apalagi main hakim sendiri. (Tribunbuton.com/p1)