BUTON, TRIBUNBUTON.COM – Pengelolaan wilayah pesisir dan daerah konservasi berbasis masyarakat menjadi jalan kesejahteraan. Hal itu sangat memungkinkan karena sumber daya ditingkat desa merupakan unit pengelolaan terkecil dan saling terkoneksi dalam satu bentang alam.
Terkait hal tersebut, Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia melalui pendekatan Key Biodiversity Area memperkenalkan dan memperkuat model pengelolaan pesisir berbasis masyarakat hukum adat Wabula.
“Inisiatif ini untuk memperkuat sistim pengelolaan sumber daya laut berbasis masyarakat adat dalam pengelolaan perikanan skala kecil,” terang Moh Abdi Suhufan, Koordinator Nasional DFW Indonesia. Melalui press releasenya Sabtu 23 Juli 2022.
Untuk menunjang hak tersebut lanjut Moh Abdi Suhufan, DFW Indonesia dan Burung Indonesia memfasilitasi penyusunan Rencana Pengelolaan Kaombo dan Wilayah Pesisir pada lima desa di Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kelima desa tersebut adalah Holimombo Jaya, Wasampela, Wabula, Wabula 1 dan Wasuemba. “Rencana pengelolaan Kaombo tersebut telah disepakati untuk diadopsi dalam RKPDes melalui Musrenbang Desa” kata Abdi Suhufan.
Kata Moh Abdi Suhufan, Kepala Desa dan perwakilan masyarakat telah sepakati beberapa rencana kegiatan untuk dibahas lebih lanjut dalam forum warga di desa. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan stakeholder di hotel Galaxy Inn Baubau, Jumat 22 Juli 2022 kemarin.
Kepala Desa Wasuemba, La Tuni, menyambut baik inisiatif tersebut karena dibangun secara partisipatif dan sejalan dengan rencana pembangunan jangka menengah (RPJMDes) Wasuemba.
“Kami mempunyai Kaombo atau zona inti yang telah dijaga secara turun temurun tapi belum mempunyai rencana pengelolaan,” kata La Tuni.
La Tuni, menambahkan rencana program itu pihaknya telah menghasilkan rencana pengelolaan Kaombo dan rencana kegiatan yang akan dibiayai dari APBDes dan sumber lain.
Sementara itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Buton, Susi Raimuna, mengatakan pihaknya mendukung pengelolaan kelautan dan pariwisata dalam bentang alam atau Key Biodiversity Wabula.
“Kami akan melakukan kajian lebih detil tentang tahapan dan strategi pengembangan pariwisata dan perikanan di bentang alam Wabula. Hal itu bertujuan agar rencana pada tingkat desa dapat sejalan sinergis dengan rencana daaerah secara makro,” tutupnya. (Tribunbuton.com/adm)