YKAN DAN JASA RAHARJA SINERGI DUKUNG PENGELOLAAN SUMBER DAYA HAYATI LESTARI DI DESA KULATI TOMIA TIMUR

741
Kelompok Padatimu To'asaki saat proses produksi hasil karyanya. FOTO istimewah

WAKATOBI, TRIBUNBUTON.COM – Menyandang status sebagai taman nasional dengan luas kurang lebih 1.320.987 hektare dan memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan di Kabupaten Wakatobi mutlak dilakukan. Upaya itu tentunya dibutuhkan sinergi antara semua pihak.

Diantaranya yakni Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Jasa Raharja, mendukung Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi dalam rangka pengelolaan sumber daya hayati lestari. Kedua lembaga itu memilih wilayah Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur.

Untuk melakukan upaya pelestarian lewat berbagai macam kegiatan seperti pengelolaan sampah terpadu, pemberdayaan perempuan di wilayah pesisir, dan pendidikan lingkungan hidup.

“Kemitraan dengan Jasa Raharja ini merupakan salah satu bentuk membangun sinergi dalam mendukung pengelolaan sumber daya hayati secara lestari di Kabupaten Wakatobi. Kami yakin, jika sebuah kawasan konservasi dikelola dengan baik maka akan mampu memberikan banyak manfaat baik secara ekonomi maupun ekologi bagi masyarakat setempat,” jelas Direktur Program Kelautan YKAN, Muhammad Ilman, belum lama ini.

Desa Kulati kata Muhammad Ilman, dikenal sebagian orang dengan memiliki pemandangan alamnya yang elok mempesona. Menurutnya, dalam survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Desa Kulati memiliki indeks kesehatan terumbu karang 10 dan dinyatakan sebagai salah satu tempat dengan kondisi terumbu karang paling baik di Indonesia.

Kepala Unit Operasional dan Humas Jasa Raharja Cabang Sulawesi Tenggara, Putu Agus Erick SW, mengatakan Ekosistem terumbu karang yang sehat mendukung produktivitas sektor perikanan. Dan juga banyak ditemukan situs-situs bersejarah. Dengan segenap potensinya ini, tak salah jika masyarakat dan Pemerintah Desa Kulati mempunyai visi untuk menjadikan Desa Kulati sebagai desa ekowisata.

“Kami menyadari, pengelolaan sumber daya hayati harus dilakukan secara berkelanjutan agar manfaatnya bisa dirasakan hingga generasi mendatang. Jasa Raharja melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) terpanggil untuk mendukung upaya-upaya pengelolaan sumber daya hayati secara lestari di Desa Kulati,” ujarnya.

“Semoga sinergi yang telah terbangun dengan baik selama ini akan turut mendukung Kabupaten Wakatobi tetap lestari,” Putu Agus Erick SW.

Diungkapkannya, selama ini banyak persoalan yang kerap ditemui di wilayah kepulauan, salah satu tantangan terbesar Desa Kulati adalah dalam hal pengelolaan sampah. Desa Kulati hanya memiliki lahan terbatas untuk menampung sampah serta mendapat kiriman sampah dari luar daerah yang terbawa arus laut dan angin.

Desa Kulati yang merupakan bagian dari Pulau Tomia perlu mandiri dalam menangani sampah. Baik dari hasil kegiatan domestik warga, aktivitas ekowisata, maupun sampah yang terbawa oleh arus laut.

Kelompok Padatimu To’asaki saat proses produksi hasil karyanya. FOTO istimewah

Untuk mengatasi persoalan sampah ini, YKAN bersama Kelompok Ekowisata Masyarakat Desa Kulati Poassa Nuhada dengan dukungan Jasa Raharja mengembangkan serangkaian kegiatan pengelolaan sampah terpadu seperti pemilahan sampah, melakukan proses daur ulang sampah melalui pembuatan kompos dan menerapkan proses pirolisis, program bersih sampah, serta pendidikan lingkungan hidup.

Metode pirolisis diterapkan untuk memproses sampah plastik menjadi bahan bakar solar. Jenis sampah plastik yang dapat diolah menjadi solar ada tiga antara lain High-Density Polyethylene (HDPE) berupa sampah plastik keras, Low-Density Polyethylene (LDPE) berupa kantong plastik, dan Polypropylene (PP) berupa plastik kemasan gelas air mineral.

”Kapasitas mesin pirolisis adalah 4 kilogram sampah plastik sekali produksi. Dari situ bisa dihasilkan solar sebanyak 2,8 liter. Dalam sehari biasanya kami maksimal memproduksi 4 kali. Meski masih dalam tahap uji coba, solar yang dihasilkan sudah kami pakai untuk bahan bakar mesin perahu,” kata Ketua Kelompok Poassa Nuhada, Nyong Tomia.

Nyong, menambahkan tidak semua sampah

plastik bisa diolah menjadi solar, sehingga kemudian dimanfaatkan untuk membuat ecobrick. Saat ini, solar hasil dari pirolisis ini masih akan diteliti lebih lanjut di laboratorium.

Upaya penanganan sampah plastik di Desa Kulati juga dilakukan melalui kegiatan pendidikan lingkungan hidup. “Target kegiatan ini adalah anak-anak dan remaja. Kegiatan penyadartahuan yang dilakukan sejak dini bertujuan menanamkan nilai cinta lingkungan yang harapannya bisa membentuk pola pikir dan sikap mereka untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan,” bener Nyong.

Kepala Desa Kulati, La Ode Burhanudin, mengatakan melalui kegiatan interaktif dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, anak-anak di Desa Kulati diajak untuk mengenali permasalahan lingkungan yang ada, seperti sampah, termasuk upaya penanganannya.

“Kegiatan pengelolaan sampah terpadu ini sangat menginspirasi kami dan kami akan terus melanjutkannya kedepan. Saat ini kami sedang menyiapkan lahan khusus untuk pengelolaan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah terpadu ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Kulati untuk selalu menjaga kebersihan lingkungannya,” terang La Ode Burhanuddin.

Pemberdayaan perempuan dan keberlanjutan, Kemitraan YKAN dan Jasa Raharja di Desa Kulati juga dilakukan dengan mendampingi kelompok perempuan Padatimu To’asoki. Tak bisa dipungkiri, salah satu aktor penting dalam pengelolaan pesisir adalah perempuan. Didirikan 3 Juli 2021. kelompok Padatimu To’asoki dibentuk untuk meningkatkan kemampuan para anggotanya termasuk di sektor usaha perekonomian.

“Mereka telah mengembangkan produk berupa kerupuk ikan simba (Caranx ignobilis). Setelah melalui serangkaian tahapan, mulai dari identifikasi potensi, penguatan kelembagaan, pelatihan produksi, dan uji coba resep, kerupuk ikan simba mulai diluncurkan pada Oktober 2021. Meski masih relatif baru, kelompok ini telah mendapat banyak pelanggan di luar Pulau Tomia, bahkan hingga Papua dan Halmahera,” ucap Kades Kulati.

Untuk mendukung upaya pemanfaatan sumber daya laut yang bijak dan lestari, Kelompok Padatimu To’asoki membuat kesepakatan konservasi. Salah satu poin pentingnya adalah bahwa sebagai bahan dasar kerupuk, ikan simba hanya boleh ditangkap dengan alat yang ramah lingkungan dan tidak merusak.

”Sebagai perempuan pesisir yang bergantung dari sumber daya laut, kami sadar arti penting kelestarian laut bagi keberlanjutan usaha kami ini. Jika laut sehat, maka ikan juga akan terus ada,” terang Ketua Kelompok Padatimu To’asoki,” Yulianti Rahman.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada YKAN dan Jasa Raharja yang telah mendukung pengelolaan sumber daya hayati secara berkelanjutan di Kabupaten Wakatobi, yang selaras dengan visi Kabupaten Wakatobi yaitu Wakatobi Menjadi Kabupaten Konservasi Maritim Yang Sentosa,” pungkas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Mulyanto

Untuk diketahui, YKAN adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan.

Memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. (Tribunbutom.com/adm)