HARI MANGROVE SEDUNIA, PEMDA DAN BTNW TANAM 2021 BIBIT MANGROVE

647
Bupati Wakatobi H Haliana saat melakukan penanaman mangrove di Desa Liya bersama BTNW, Rabu 28 Juli 2021. FOTO:LD SYAMSUDIN/TRIBUNBUTON.COM

WAKATOBI, TRIBUN BUTON.COM – Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia sekaligus persiapan Hari Konservasi Alam Nasional (Road to HKAN 2021), Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW) bersama bupati Wakatobi Haliana, melakukan penanaman mangrove di pesisir Desa Liya One Melangka, Kecamatan Wangiwangi Selatan Kabupaten Wakatobi, Rabu 28 Juli 2021. Sebanyak 2.021 bibit mangrove ditanam, terdiri dari jenis Rhizopora sp dan Bruguira sp.

Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi Union mengatakan, bibit mangrove tersebut diperoleh dari persemaian kelompok nelayan terpadu sebanyak 1.021 bibit dan persemaian mandiri Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah I Wangiwangi sebanyak 1.000 bibit. Total bibit mangrove disesuaikan dengan tahun penanaman yaitu 2.021 bibit.

“Model penanaman mangrove menggunakan metode rumpun berjarak, satu lubang tanaman diisi sebanyak 10 bibit mangrove dengan menggunakan jarak tanam 2×1 meter,” terangnya.

Dia juga menjelaskan, ekosistem mangrove merupakan salah satu dari delapan potensi sumber daya penting yang menjadi target konservasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan hayati di Taman Nasional Wakatobi.

“Konservasi mangrove menjadi penting karena ekosistem mangrove dapat mendukung keberlanjutan ekosistem lainnya, memiliki fungsi ekologis seperti penahan laju abrasi pantai dan intrusi air laut, serta menjadi habitat beberapa organisme laut/pantai,” lanjut Union.

Dia juga menambahkan, penanaman mangrove sejalan dengan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Wakatobi yakni
“Wakatobi sebagai Pusat Biodiversitas Bumi” serta visi Kabupaten Wakatobi 2021-2026 yaitu “Wakatobi Menjadi Kabupaten Konservasi Maritim yang Sentosa,” tutupnya.

Sementara itu, Bupati Wakatobi, Haliana mengatakan,Pulau Wangiwangi masih banyak titik-titik yang harus ditanami karena ini menjadi penyangga, terutama daerah abrasi pantai. Pasalnya, gelombang laut di musim-musim tertentu, baik itu musim barat dan timur pasti pantai di Wakatobi terkena abrasi.

“Kita pilih lokasi ini, karena selama ini tidak ada mangrovenya. Selain kita mengusung visi Wakatobi konservasi maritim yang sentosa upaya-upaya konservasi kita lakukan, bukan hanya urusan BTNW tetapi semua stakeholder dan masyarakat umum,”ungkapnya.

Lanjutnya, Mangrove juga bukan hanya sebagai penyangga, tetapi pasti akan melestarikan spesies biota laut seperti kepiting, udang dan ikan sehingga sangat penting untuk digalakkan di semua tempat,”Lanjutnya.

Haliana berharap agar masyarakat Wakatobi dapat berperan aktif menjaga serta mempertahankan kelestarian dari 28 jenis mangrove yang ada di Wakatobi, terdiri dari 20 jenis mangrove sejati dan delapan jenis mangrove ikutan dengan luas kurang lebih sekitar 1.131 hektare.

“Kita ini daerah pulau-pulau kecil sekaligus daerah cagar biosfer. Saya berharap kegiatan seperti ini berkelanjutan, bukan hanya di Wangiwangi tetapi di pulau-pulau lain juga,”tutupnya.

Perlu diketahui, penanaman mangrove tersebut melibatkan sejumlah komunitas di antaranya Perkumpulan Cagar Biosfer Wakatobi, Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Kelompok Nelayan Terpadu, Masyarakat Mitra Polhut dan anggota Kelompok Pecinta Alam (KPA) Tridacna Wangiwangi.