PENJELASAN PIHAK SMPN 18 SOAL SYARAT BELI BAJU

939
Ketua Panitia Penerimaan Siswa Baru SMPN 18 Baubau, Arman Ngkaule SPd. FOTO: ISHAR/TRIBUNBUTON.COM

BAUBAU, TRIBUNBUTON.COM – SMPN 18 Baubau diduga mewajibkan setiap calon siswa untuk membeli baju Rp 300 ribu di SMPN 18. Jika tidak, maka tidak bisa mendaftar ulang.

Salah seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan, menghungi TRIBUN BUTON (tribunbuton.com) terkait ini. Menurut dia, aturan tidak membenarkan sekolah menjual baju yang sifatnya diwajibkan.

“Banyak orang tua yang tidak mampu mengeluh, bahkan tidak bisa mencicil. Tapi kalau tidak membayar Rp 300 ribu, belum bisa mendaftar ulang,” katanya.

Saat tribunbuton.com melaukan konfirmasi ke pihak sekolah hal ini dinilai keliru alias tidak benar. Karena pihak sekolah akan tetap menerima siswa baru dengan syarat mengikuti pendaftaran ulang pada tanggal 12-17 Juli 2021.

“Kami hanya tidak menerima siswa yang tidak melakukan pendaftaran ulang,” jelas Ketua Panitia Penerimaan Siswa Baru SMPN 18 Baubau, Arman Ngkaule SPd.

Pihaknya akan tetap menerima siswa baru dengan syarat mengikuti pendaftaran ulang bagi calon siswa yang sudah dinyatakan lulus. Calon siswa yang sudah dinyatakan lulus, berhak bersekolah di SMPN 18 Baubau.

Sejauh ini, panitia penerimaan siswa baru tetap melayani pendaftaran ulang bagi siswa yang telah dinyatakan lulus. Untuk masalah pembayaran baju, itu urusan belakangan. “Mau bayar saat itu, mau dicicil atau tidak mau ambil samasekali itu bukan masalah. Kami tetap akan menerima siswa tersebut, karena itu sudah menjadi hak mereka,” lanjut Arman.

SMPN 18 Baubau menyediakan baju batik, baju olahraga dan logo sekolah merupakan sebuah simbol kepada siswa bahwa mereka adalah siswa SMPN 18 Baubau. SMPN 18 Baubau bukan sekolah favorit, jadi menurut Arman, mereka sangat membutuhkan siswa sebanyak-banyaknya dan bukan menolak siswa.

“Karena belajar dari tahun lalu bahwa sekarang kegiatan belajar mengajar itu lewat daring. Jadi banyak siswa yang tidak mengambil baju dari kami, tetapi kami tetap menerima mereka untuk bersekolah di sini,” lanjut Arman.

Ia mengatakan para siswa yang datang di SMPN 18 malah mengrnakan baju biasa benas rapih, bahkan di kelas VII datang memakai baju seragam SD. Ia menegaskan isu yang berkembang sangat tidak benar. Karena jumlah soswa akan berpengaruh kepada guru yang mencari jam mengajar.(Ishar)