Drs.La Halimu IN MEMORIAM: “KITA TAK BOLEH KALAH”

1249
Drs.La Halimu (kanan) Foto: Koleksi Pribadi tambah naskah In Memoriam. Barangkali bisa dipublikasi melslui Tribunbuton.com

Pria berkumis dan periang itu telah pergi untuk selamanya. Wafat hari Sabtu (11/7 ) ditanah kelahirannya, Pasarwajo, Ibukota Kab.Buton. Ia yang kerap menyelipkan humor dalam setiap perbincangan, terakhir menjabat Kepala Inspektorat Kab.Buton. Senantiasa menyelipkan humor dalam menyampaikan materi. Memberikan penerangan dan motivasi kepada calon akseptor. “Saya senang berdiri karena laki-laki suka berdiri.” Humor ini diungkap seraya berdiri menghap audience. Selalu menutup pembicaraan dengan pantun. Sebuah pantun yang senantiasa diungkapan : “Jika ada jarum yang patah jangan disimpan dalam peti. Jika ada kata yang salah jangan disimpan dalam hati.”

Mengenalnya sepintas tatkala masih kuliah di IKIP Makassar pada fakultas dan jurusan yang berbeda. Alm di FIP dan saya di FKIP. Ia aktif di Resimen Mahasiswa (Menwa). Sementara saya aktif di HMI Cabang Makassar. Tatkala berjumpa di Asrama HIPPMIB (Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) Buton, ia selalu mengenakan seragam organisasi Menwa : baju warna hijau army dengan topi baret warna jingga.

Lebih jauh mengenalnya ketika bekerja dan berinteraksi sehari-hari pada kantor yang sama : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Kabupaten Buton tahun 1988. Alm organik 1985. Ketika itu, ia sudah menjabat Kepala Seksi (Kasie) Keluarga Berencana. Sebuah jabatan setara Eselon IV.
Kedudukan strategis dan bergengsi pada Era Orde Baru.

Selama berkiprah di BKKBN, almarhum populer dan dikenal luas. Baik interen BKKBN maupun dengan mitra kerja-sektoral.
Penampilannya yang luwes dan periang mengantarkannya mencapai tujuan dan program kerja serta target gerakan Keluarga Berencana Nasional dalam setiap even organisasi : Rakor( Rapat Koordinasi) dan kegiatan operasional lapangan-Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK).

Meski nampak periang, namun ia disiplin dalam bekerja. Ditempa pada oraganisasi Menwa yang membentuk karakter disiplin dan pantang “menyerah” pada kadernya “mewarnai” setiap keputusannya. Ketika pelayanan akseptor tak mencapai hasil mengembirakan, penerangan dan motivasi pada calon akseptor dimaksimalkan. “Kita tidak boleh kalah, kita harus menang,” alm membisik sambil santap siang di suatu ketika di sebuah desa usai pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi ) dan KB.

Fokus dan disiplin serta taat menjalankan tugas dan pekerjaan menjadikannya kerap lupa-abai jam makan. Sehingga akhirnya alm menderita maag berat. Meski demikian, ia tidak mengendurkan etos kerja. Setiap hari selama mederita maag membawa bekal dalam sebuh rantang. Nasi dan lautk dibawa serta ke tempat kerja.
Kebiasaan ini oleh seniornya H.Abdul Manan (Kabag Tata Usaha ) Kanwil BKKBN Sultra menjuluk nada humor dengan sebutan Larantang.

Menerapkan manajemen terbuka. Masalah keuangan disampaikan kepada semua staf melalui rapat interen. Setiap keputusan yang ditempuh senantiasa melalui musyawarah dan mufakat staf. Cara ini dtempuh supaya seluruh staf merasa bertanggungjawab. Dan ketika terjadi kekeliruan dalam sebuah keputusan adalah kekeliruan bersama. Dengan demikian, tidak ada satupun staf yang mengembangkan kabar negatif terhadap masalah yang terjadi.

Pengalanannya sebagai auditor ahli ketika masih bekerja di BKKBN Sultra menjadi modal kuat dalam memimpin Dinas Inspektorat Kabupaten Buton. Selama memimpin Inspektorat terus menerus Pemerintah Kabupaten Buton memperoleh predikat WTP. Sebuah penilaian pengelolaan keuangan yang diberikan BPK Pusat.

Prestasi kerjanya mendapat perhatian pimpinan daerah. Hingga diberi kepercayaan memimpin Dinas Pendapatan Daerah merangkap Kepala Dinas Kependdudukan dan Catatan Sipil Kabupaten sampai ia pensiun.

Suatu ketika kami -tim TKBK mendarat di Desa Taou Kecamatan Kaledupa Selatan pada tengah malam. Menumpang kapal carteran dari Kecamatan Binongko. Malam itu juga melanjutkan perjalanan menuju Desa Langge, memburu jadwal kegiatan keesokan harinya. Setelah berjalan kaki, menempuh jarak 7 km, sekitar pukul 03.00 dini hari tim sampai di Desa Langge. Kegiatan TKBK ini mengantarkan kami dapat mengunjungi 22 kecamatan dan 222 desa di Kabupaten Buton (jumlah kecamatan dan desa sebelum Buton mekar dalam beberapa kabupaten otonom).

Ketika otonomi daerah yang diikuti dengan penyerahan ketenagaan dan aset ke daerah,
bersaman kawan kawan menyusun Peraturan Daerah Kelembagaan BKKBN Buton. Dalam Perda tsb BKKBN digabung (fusi) dengan Catatan Sipil. Disetujui Bupati Buton dan ajukan ke DPRD. Akhirnya disahkan menjadi BKKBN dan Kependudukan Catatan Sipil Kabupaten Buton. Tak lama berselang alm diangkat menjabat kepala oleh Bupati Buton Ir.LM.Sjafei Kahar.

Menyusul BKKBN dan Dukcapil Buton, menyusun Struktur oraganisasi BKKBN Kota Baubau. Disampaikan ke Walikota Drs.MZ.Amirul Tamim dan disyahkan DPRD Kota Baubau. Setelah itu, Walikota melantik Drs.L.A. Hafiun Hamsah (alm) sebagai kepala BKKBN dan Dukcapil Baubau.

Era reformasi memberi peluang staf memilih tempat kerja. Dan mekarnya Buton dalam berberapa daerah otonom memuluskan staff pindah tempat kerja. Ada yang bekerja di Wakatobi, di Bombana, Buton dan di beberapa kantor di Kota Baubau. Dan alm Drs.La Halimu menjabat BKKBN dan Dukcapil Kabupaten Buton, 48 km arah Timur Kota Baubau. Sejak itu, mulai jarang menjalin komunikasi dan silaturrahmi. Terakhir mengiriminya buku berjudul: Ayo, Jalan-Jalan ke Wakatobi. Buku yang diterbitkan Pustaka Refkeksi Makassar tahun 2011. “Membaca bukunya serasa berada di Wakatobi” komentar alm setelah membaca buku tersebut melalui telepon seluler.
(Hasirun Ady dan Muchtar)