MENGENAl “POJULU JULU”

847
Seorang penual ikan di Pasar Mandati Wangiwangi Selatan. Ia menawarkan jasa memotong-membagi ikan/Foto : Hasirun Ady.

Sebuah Kearifan Lokal Wakatobi

Dahulu, di kampung ada sebuah kearifan, yakni Pojulu Julu*). Ketika uang tidak cukup membeli ikan ukuran jumbo. Mengajak tetangga patungan. Kemudian ikan dipotong potong dalam ukuran yang rasional. Dibagi secara adil dan merata.

Tidak semua orang dipercaya sebagai pembagi. Tukang bagi dituntut terampil, jujur, ikhlas, dan adil. Dalam sebuah kampung yang luas, misalnya, hanya dijumpai satu orang tukang bagi.

Menjadi kesepakatan umum. Isi dalam(Jeroan) ikan, bagian mutlak Tukang Bagi. Dengan demikian, peserta Pojulu Julu tak lagi mendapat bagian jeroan.

Sistemnya, para peserta berdiri membentuk lingkaran. Menyaksikan ikan dikerjakan, dipotong dalam bagian bagian yang berdimensi sama.

Sang pembagi meletakan bagian peserta persis diantara kedua kaki. Kelak menjadi hak atau bagiannya . Peserta tidak boleh mengambil bagian peserta di samping kiri , kanan atau depan.

Dalam kearifan Pojulu Julu tidak pernah dijumpai peserta yang komplen. Menggerutu atau marah marah. Mereka ikhlas menerima masing masing bagiannya.

Bagaimana dengan tukang bagi? Bisa dibayangkan, jika dalam waktu yang hampir bersamaan melayani enam kelompok. Jeroan ikan, yang terdiri dari hati, telur dan lambung menjadi bagian mutlak. Ketika ada lebih potongan daging ikan, biasanya para peserta rela memberikan kepadanya.

Di Pasar Ikan Mandati, keterampilan memotong-membagi ikan menjadi profesi sampingan. Selain menjual ikan, para penjual menawarkan jasa. Upahnya tegantung ukuran ikan. Tarif terendah-minimal lima ribu rupiah. “Tidak menentu, tergantung keadaan. Tapi paling kurang tigapuluh ribu rupiah, “tutur penjual sambil tertawa. Ia pun keburu menambahkan, lumayanlah untuk pembeli kopi susu.

Namunpun demikian, baik di pasar ikan Mandati, Wangiwangi Selatan maupun penjual di Pasar Ikan di Wanci, Wangiwangi, kerap membantu memotongkan ikan belanjaan pembeli secara gratis. Tetapi ada syaratnya, yakni harus membeli ikan pada penjualnya. Untuk yang ini hanya dilayani jika ikan ukurannya kecil kecil.

Sekarang kearifan Pojulu-Julu nyaris tak ditemukan lagi. Kemajuan teknologi, khususnya dibidang penangkapan ikan, kian maju dan berkembang. Selain mudah dan banyak, para nelayan dapat menangkap ikan berbagai ukuran (Hasirun Ady)
———————————————————————-
*) Pojulu Julu (Wakatobi, Ragam Tomia )
Po, kata kerja. Ajakan, bersama sama.
Julu Julu. Kata berulang. Bisa bermakna
tambah, lagi atau geser. Merujuk aktivitas
tukang bagi. Menaruh potongan ikan satu
persatu.

Penulisan kata berulang sering di
jumpai pada penamaan tempat di
Buton, misalnya, Baubau, Lowu-
Lowu, Bhontu-Bhontu. Penulisan kata
berulang, ditemukan dalam kosa kata Arab
lama, Kufic/pen.