Oleh: Hasirun Ady **)
Kabupaten Buton Selatan memiliki potensi sumberdaya pariwisata yang lengkap. Alam, laut, budaya dan agro. Bila dikembangkan bukan tidak mungkin kelak semakin menguatkan posisinya sebagai salah satu tujuan wisata menarik di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Nasional.
Penyelenggaraan festival oleh Pemkab belum lama berselang, bisa dinilai titik dan langkah awal mengenalkan potensi pariwisata Buton Selatan ( Busel). Sebagai media mengangkat potensi alam dan kebudayaan lokal, festival sarana efektif mempromosikan daerah di tingkat regional dan nasional. Dan mungkin internasional?
Mengamati route Sail Indonesia, sangat mungkin Busel menjadi persinggahan kapal ycht. Peserta Sail Indonesia dilepas resmi, tiap tahun – setiap 24 Juli di Darwin, Australia. Ratusan kapal mewah, melintasi Saumlaki, Banda, Ambon, Wakatobi, Makassar, Berau, hingga – berakhir di Bangka dan Belitung ( Babel). Para pelancong yang menggunakan kapal yscht dalam pelayaran route Sail Indonesia umumnya menggunakan layar.
Dilihat dari arah angin berhembus, yakni angin timur, maka posisi Batauga sangat cocok untuk tenpat labuh tambat kapal kapal mewah peserta. Jika Busel berminat dan berusaha masuk jalur Sail Internasional, sarana penting diadakan adalah Mooring Buoy. Tempat tambat labuh kapal kapal yacht. Dekat Kota Baubau Dari segi produk daya tarik wisata, daerah ini agaknya tak mengalami kendala berarti.
Kota Baubau, sebagai kota tua dan telah berkembang sebagai kota wisata, memiliki anaka ragam produk lokal. Kreasi dan kerjsama pengusaha setempat diperlukan untuk saling menunjang. Jarak Batauga dan Baubau yang memang sangat dekat, memungkinkan membangun kerjasama dan hubungan dagang di bidang ekonomi krestif.
Kendala yang kemudian muncul dari membangun kepariwisataan adalah mobilitas orang. Jumlah kunjungan wisatawan ke suatu destinasi akan ikut menumbuhkkembangkan ekonomi. Pengalaman menunjukkan, even yang konsisten dan ketersediaan produk khas lokal ikut memantik minat dan motivasi para wisatawan.
Barangkali tidaklah berlebihan jika dikatakan Busel memiliki potensi pariwisata ysng parpurna. Dalam pengertian, alam, budaya, bawah laut dan wisata agro. Menurut para penyelam, kawasan laut Busel, masih memiliki spot spot penyelaman yang baik dan indah. Aneke terumbu karang dan biota laut di sekitar Pulau Kadatua, Liwutongkidi, Pulau Siompu dan Kadatua, masih meliki daya tarik. Masih bisa diandalkan sebagai entertainment pariwisata minat khusus Nadional. Bahkan Pulau Kawikawia dengan ribuan satwa menarik jika dipromosikan. Potensi yang digambarkan, diakui butuh dana besar untuk mengembangkannya.
Mengenalkan destinasi memerlukan kerjasama. Memasarkan bersama. Wahana promosi bersama. Misalnya, even bersama yang mempromosikan pariwisata kabupaten-kota di Kepulauan Buton :
“Kemilau Kepulauan Buton” Diselenggarakan secara konsisten. Masuk kalender even pariwisata nasional. Bergilir diselenggarakan setiap tahun di kabupaten dan kota di Kepulauan Buton. Jeruk Siompu Meski sederhana, namun wisatawan agaknya kerap tertarik dengan produksi lokal. Baik berupa kerajinan, kuliner dan buahbuahan. Sebut Apel Malang, Apel Kota Batu, Dodol Garut, Kue Lumpia dsb.
Bagaimana dengan Busel? Ada Jeruk Siompu. Jeruk dengan citarasa khas. Jeruk ini sangat terkenal di Indonesia. Tahun 70an, Jeruk Siompu menjadi buah idaman banyak orang. Bahkan tahun 1975, Jeruk Siompu menjadi salah buah yang disuguhkan kepada para tamu Istana Negara di Jakarta. Meski belum melakukan penulusuran tentang populasi dan produksinya. Namun dari pengamatan, menunjukan populasi dan tentu produk buahnya kian menurun. Khusus di Pulau Siompu, tanaman unik ini tergolong tanaman pekarangan rumah. Tumbuh baik di pekarangan rumah rumah penduduk. Praktis tidak memerlukan lahan luas. Dan juga tidak memerlukan perawatan khusus?
Dari informasi yang didapatkan dari media, memberitakan, masih ada pohon jeruk ini yang hidup dan berbuah. Tetapi populasi mengalami penurunan. Hemat penulis, untuk melestarikannya lagi tidak akan butuh anggaran besar. Kalaupun butuh dana, mungkin semacam biaya penelitian? Atau biaya studi banding? Atau biaya tindaklanjut Memorandum of Understanding ( MoU)?
Menurut hemat penulis, ketika dikembangkan, Jeruk Siompu akan menambah daya tarik wisata-agro.Dan dalam jangka panjang akan tercipta pergerakan ekonomi dan kesejshteraam masyarakat. Sebagaimana kejayaan jeruk ini di Nusantara Tahun 1970 an?
*) Kapus Studi Budaya dan Pariwasata Universitas Muslim (UMU) Buton di Baubau *) Mantan Kepala Dinas Pariwasata dan Kebudayaan Wakatobi ( 2004-2011 )